Google Tawarkan Program Keluar Sukarela untuk Karyawan Divisi Platform dan Perangkat

Google dikabarkan meluncurkan program “keluar sukarela” bagi karyawan yang bekerja di divisi Platform dan Perangkat. Program ini diumumkan oleh Rick Osterloh, SVP Platform dan Perangkat Google, dalam memo yang dikirim kepada pegawainya pada Kamis (30/1), seperti yang dilaporkan oleh 9to5 Google.

Langkah ini muncul setelah penggabungan tim yang menangani perangkat keras Pixel dan perangkat lunak Android pada tahun 2024, yang menyatukan kedua divisi tersebut dalam satu organisasi. Program ini hanya berlaku bagi karyawan yang berada di Amerika Serikat, dan mencakup berbagai produk seperti Android (Auto, TV, Wear OS, XR), Chrome, ChromeOS, Google Photos, Google One, Pixel, Fitbit, dan Nest.

Namun, program ini tidak berlaku untuk divisi lain di Google, seperti Penelusuran atau AI. Langkah ini lebih fokus pada divisi perangkat dan platform yang kini telah digabungkan. Sebelumnya, divisi perangkat lunak dan perangkat keras terpisah dalam dua organisasi besar yang kadang tumpang tindih.

Memo tersebut menggambarkan program keluar sukarela ini sebagai kesempatan bagi karyawan yang merasa tidak lagi sejalan dengan misi penggabungan divisi atau kesulitan dengan peran mereka, serta kebijakan kerja hibrida. Mereka yang memilih keluar akan mendapatkan paket pesangon, dengan rincian lebih lanjut yang akan diberikan dalam waktu dekat.

Program ini tampaknya tidak memengaruhi arah pengembangan produk apa pun, melainkan lebih kepada upaya efisiensi dalam struktur organisasi perusahaan.

Revolusi AI: Pandangan Ilmuwan Muslim Tentang Masa Depan Teknologi

Dr. Walid, seorang ilmuwan Muslim yang bekerja di Google, membagikan pandangannya mengenai dampak kecerdasan buatan (AI) dalam kehidupan umat manusia dan relevansinya dengan nilai-nilai Islam. Dalam wawancara tersebut, ia menekankan bahwa perkembangan teknologi AI harus diimbangi dengan pemahaman etis yang mendalam agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

Dr. Walid menjelaskan bahwa AI telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari dan diperkirakan akan terus berkembang pesat dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan. Ia mencatat bahwa teknologi ini tidak hanya mempengaruhi sektor bisnis, tetapi juga kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Hal ini menunjukkan bahwa AI memiliki potensi untuk mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.

Dalam pandangannya, Dr. Walid menekankan pentingnya mengaitkan kemajuan teknologi dengan prinsip-prinsip Islam. Ia berpendapat bahwa umat Islam harus memanfaatkan AI sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup, sambil tetap berpegang pada nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan dalam agama. Ini mencerminkan bahwa teknologi seharusnya tidak hanya dilihat sebagai entitas netral, tetapi juga sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih baik.

Dr. Walid mengusulkan apa yang disebutnya “Paradigma Techno-Spiritual,” yang bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan teknologi dan ajaran Islam. Paradigma ini berfokus pada bagaimana umat Islam dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan teknologi sambil menjaga integritas spiritual mereka. Ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk menciptakan kerangka kerja etis yang dapat membimbing penggunaan teknologi dalam konteks keagamaan.

Ia juga menyoroti perlunya reformasi pendidikan di kalangan generasi muda Muslim agar mereka tidak hanya memahami ajaran agama, tetapi juga memiliki keterampilan teknis yang diperlukan untuk bersaing di era digital. Dr. Walid mengusulkan pengenalan mata pelajaran seperti “Fiqh Teknologi” dalam kurikulum pendidikan Islam. Ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah kunci untuk mempersiapkan generasi mendatang menghadapi tantangan teknologi.

Dengan pandangan ini, Dr. Walid berharap agar umat Islam dapat mengambil peran aktif dalam revolusi teknologi yang sedang berlangsung. Diharapkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, umat Islam tidak hanya akan beradaptasi dengan perubahan zaman, tetapi juga dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pembentukan masa depan yang lebih baik melalui teknologi. Keberhasilan dalam menerapkan Paradigma Techno-Spiritual akan menjadi indikator penting bagi relevansi Islam di era digital ini.

Perusahaan Google, Nvidia, AWS, Dan Wowrack Bahas Teknologi Masa Depan

Pada 11 November 2024, sejumlah perusahaan teknologi besar, termasuk Google, Nvidia, Amazon Web Services (AWS), dan Wowrack, menggelar diskusi panel terkait perkembangan teknologi masa depan. Acara tersebut membahas berbagai inovasi yang dapat mengubah lanskap industri dalam beberapa tahun ke depan, termasuk dalam bidang kecerdasan buatan (AI), komputasi awan, dan perangkat keras canggih.

Dalam forum yang dihadiri oleh para pemimpin industri, perwakilan dari Google, Nvidia, AWS, dan Wowrack membahas tantangan dan peluang yang akan dihadapi dunia teknologi pada masa depan. Diskusi tersebut fokus pada potensi besar AI dan machine learning dalam mempercepat berbagai sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, dan manufaktur. Mereka juga menyoroti pentingnya infrastruktur cloud yang lebih canggih untuk mendukung kebutuhan data yang semakin besar.

Nvidia, yang dikenal dengan teknologi grafis dan AI-nya, berbicara tentang bagaimana perangkat keras mereka, seperti chip GPU, menjadi kunci dalam pengembangan kecerdasan buatan dan simulasi dunia virtual. Sementara itu, AWS menekankan pentingnya cloud computing dalam memungkinkan perusahaan untuk lebih fleksibel dan efisien dalam mengelola data besar dan aplikasi canggih. Google juga memperkenalkan inovasi dalam komputasi kuantum yang dapat mempercepat proses perhitungan yang sangat kompleks.

Para peserta diskusi mengakui bahwa kolaborasi antara perusahaan-perusahaan besar ini akan memainkan peran penting dalam mendorong adopsi teknologi canggih di berbagai industri. Di masa depan, teknologi seperti AI, cloud computing, dan komputasi kuantum diperkirakan akan semakin mendominasi dunia digital, menciptakan peluang baru bagi perusahaan dan individu untuk berinovasi.