Ekspedisi Samudra Portugis: Bagaimana Mereka Menjelajah Dunia?

Portugis dan Spanyol dikenal sebagai dua bangsa Eropa yang menjadi pelopor dalam penjelajahan samudra. Krisis ekonomi yang melanda akibat jatuhnya Konstantinopel memicu kedua negara tersebut untuk mencari jalur baru menuju sumber komoditas berharga, terutama rempah-rempah yang sangat diminati di Eropa.

Namun, ambisi besar ini membawa Portugis dan Spanyol ke dalam persaingan sengit. Demi menghindari konflik berkepanjangan, keduanya akhirnya menyepakati Perjanjian Tordesillas pada 7 Juni 1494. Melalui perjanjian ini, dunia dibagi menjadi dua wilayah pengaruh dengan garis demarkasi yang membentang dari Kutub Utara ke Kutub Selatan. Wilayah di sebelah barat diberikan kepada Spanyol, sementara wilayah di sebelah timur menjadi milik Portugis.

Sebagai konsekuensi dari pembagian ini, Portugis memilih jalur timur dalam penjelajahannya, melewati pantai barat Afrika menuju Tanjung Harapan, lalu menyusuri pantai timur Afrika hingga akhirnya mencapai India.

Perjalanan Besar Bangsa Portugis dalam Penjelajahan Samudra

Pangeran Henry the Navigator, putra Raja Portugis, menjadi tokoh yang berperan besar dalam kemajuan dunia pelayaran negaranya. Sejumlah pelaut Portugis kemudian mencatatkan namanya dalam sejarah eksplorasi samudra. Berikut beberapa momen penting dalam penjelajahan bangsa Portugis:

  • 1412 – Pangeran Henry memimpin ekspedisi pertama ke Pantai Afrika dan Kepulauan Canary.
  • 1455 – Paus melalui Romanus Pontifex memberikan wewenang kepada Portugis untuk mengklaim wilayah di selatan Bojador dan Cape Chaunar.
  • 1488 – Bartolomeu Dias sukses mencapai Tanjung Harapan dan memasuki perairan Samudra Hindia.
  • 1498 – Vasco da Gama menempuh jalur yang dirintis Bartolomeu Dias hingga mencapai Calicut, India.
  • 1500 – Pedro Álvares Cabral menemukan Brasil dalam ekspedisinya menuju India.
  • 1511 – Afonso de Albuquerque menaklukkan Malaka, membuka jalur perdagangan rempah-rempah bagi Portugis di Asia Tenggara.
  • 1512 – António de Abreu tiba di Maluku, disusul oleh Portugis yang mendirikan pos perdagangan di wilayah tersebut.
  • 1519-1521 – Ferdinand Magellan memimpin ekspedisi pertama yang berhasil menyeberangi Samudra Atlantik ke Samudra Pasifik.
  • 1542 – Portugis, dipimpin Fernão Mendes Pinto, mencapai Jepang, menjalin hubungan perdagangan dengan negeri tersebut.
  • 1606 – Pedro Fernandes de Queirós menemukan Vanuatu dan mencapai Australia.

Portugis di Indonesia: Perebutan Maluku dan Perjanjian Saragosa

Penjelajahan samudra membawa Portugis ke Nusantara, tepatnya ke Malaka pada 1511, di bawah kepemimpinan Afonso de Albuquerque. Setelah berhasil merebut Malaka, mereka melanjutkan ekspedisi ke Maluku pada 1512, pusat perdagangan rempah-rempah dunia saat itu.

Namun, kehadiran Portugis di Maluku tidak berjalan mulus. Pada 1521, Spanyol muncul dari Filipina, dipimpin oleh Kapten Sebastian del Cano, dan memulai persaingan dengan Portugis di kawasan tersebut.

Ketegangan antara kedua bangsa ini akhirnya diselesaikan dengan Perjanjian Saragosa pada 1529. Dalam perjanjian tersebut, Spanyol sepakat untuk kembali ke Filipina, sementara Portugis tetap menguasai Maluku.

Namun, kehadiran Portugis di Maluku memicu konflik baru dengan kerajaan setempat. Ternate dan Tidore yang bersaing dalam dominasi perdagangan rempah-rempah juga terlibat dalam perseteruan ini. Ternate meminta bantuan Portugis untuk menghadapi Tidore, dengan imbalan hak monopoli perdagangan rempah-rempah.

Monopoli yang dilakukan Portugis justru menyebabkan ketidakpuasan rakyat Ternate. Pada akhirnya, kekuasaan Portugis di Maluku berlangsung hingga 1641, sebelum mereka diusir oleh Belanda yang mulai mengambil alih perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut.

Kesimpulan

Penjelajahan samudra yang dilakukan Portugis dan Spanyol tidak hanya membuka jalur perdagangan global, tetapi juga membawa dampak besar bagi wilayah yang mereka jajaki. Perjanjian Tordesillas dan Saragosa menjadi bukti bahwa persaingan dagang antarbangsa dapat memicu ketegangan yang berujung pada perjanjian politik.

Di Indonesia, kedatangan Portugis menjadi awal dari kolonialisme Eropa di Nusantara. Meski sempat menguasai Maluku, monopoli perdagangan yang mereka lakukan menimbulkan perlawanan dari masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan bahwa di balik kejayaan eksplorasi, terdapat dampak sosial dan politik yang turut membentuk sejarah bangsa-bangsa di dunia.

Motif Tersembunyi di Balik Penjelajahan Samudra Bangsa Eropa

Penjelajahan samudra yang dilakukan oleh bangsa Eropa antara abad ke-15 hingga 18 merupakan tonggak penting dalam sejarah dunia, mempengaruhi perubahan besar dalam peta politik, ekonomi, dan sosial global. Tujuan dari ekspedisi-ekspedisi ini tidak hanya untuk menjelajahi dunia, tetapi juga untuk memenuhi berbagai ambisi yang melatarbelakanginya. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai motivasi yang mendorong bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra ini.

Latar Belakang Penjelajahan Samudra

Beberapa peristiwa sejarah yang terjadi sebelumnya memberikan landasan bagi dimulainya penjelajahan samudra. Jatuhnya Konstantinopel pada 1453, misalnya, memutus jalur perdagangan darat yang menghubungkan Eropa dan Asia. Di sisi lain, kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti penemuan kompas, peta yang lebih akurat, serta peningkatan kemampuan kapal, membuka peluang baru untuk pelayaran jauh. Selain itu, teori heliosentris yang menganggap bumi berbentuk bulat turut mendorong keyakinan bahwa pelayaran ke arah barat akan membawa penjelajah ke timur. Di tengah persaingan antara negara-negara Eropa yang semakin intens, mereka mencari jalur baru untuk memperluas kekuasaan dan memperdalam perdagangan dengan wilayah timur yang kaya akan komoditas.

Tujuan Ekonomi: Pencarian Kekayaan

Salah satu motivasi utama penjelajahan samudra adalah pencarian kekayaan. Terinspirasi oleh semboyan “Gold, Glory, Gospel,” bangsa Eropa berusaha memperoleh kekayaan dengan mencari rempah-rempah dan bahan berharga lainnya yang dapat meningkatkan kemakmuran mereka. Rempah-rempah, khususnya, menjadi komoditas yang sangat berharga di Eropa pada saat itu. Penjelajah seperti Vasco da Gama dan Christopher Columbus berupaya menemukan jalur perdagangan baru yang menghindari perantara, seperti pedagang Muslim, dan membawa barang-barang berharga langsung dari sumbernya. Nusantara, yang kaya dengan rempah-rempah, menjadi salah satu tujuan utama ekspedisi ini.

Tujuan Politik: Ekspansi Kekuasaan

Selain pencarian kekayaan, penjelajahan samudra juga didorong oleh ambisi politik untuk memperluas kekuasaan. Negara-negara Eropa berusaha menguasai wilayah baru dengan mendirikan koloni-koloni di berbagai belahan dunia, meningkatkan pengaruh internasional mereka, dan bersaing dalam penguasaan wilayah strategis. Tujuan ini tercermin dalam semboyan “Glory” yang menandakan prestise dan keunggulan negara dalam kancah global. Penjelajahan samudra menjadi ajang unjuk kekuatan, dengan negara-negara Eropa berusaha memperoleh supremasi wilayah di Nusantara dan wilayah lainnya.

Tujuan Ilmiah: Menyokong Pengetahuan

Selain tujuan ekonomi dan politik, penjelajahan samudra juga berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan yang ikut dalam ekspedisi melakukan studi tentang geografi, astronomi, flora, fauna, serta kebudayaan di wilayah-wilayah yang mereka kunjungi. Penjelajahan ini memperkaya pengetahuan Eropa, yang pada gilirannya mendorong kemajuan dalam berbagai bidang ilmiah. Di Nusantara, misalnya, naturalis seperti Georg Rumphius dan Franz Wilhelm Junghuhn memberikan kontribusi besar dalam penelitian tentang flora dan fauna, sementara para peneliti budaya seperti Stamford Raffles turut mendalami bahasa dan tradisi setempat.

Perbedaan Tujuan Antara Bangsa Eropa

Meskipun secara umum memiliki tujuan serupa, masing-masing bangsa Eropa memiliki pendekatan yang berbeda dalam penjelajahan samudra. Portugis berfokus pada perdagangan rempah-rempah dan pendirian pos-pos dagang, sementara Spanyol lebih tertarik pada pencarian emas dan penyebaran agama Katolik. Belanda mengutamakan monopoli perdagangan rempah-rempah, sedangkan Inggris lebih tertarik pada pembentukan koloni pemukiman. Prancis, pada gilirannya, lebih banyak mengembangkan koloni di Amerika dan Afrika.

Perbedaan ini tidak hanya mempengaruhi cara negara-negara tersebut melakukan ekspedisi, tetapi juga dampaknya terhadap wilayah-wilayah yang mereka jajah, termasuk di Nusantara, yang menjadi saksi dari berbagai rivalitas kolonial yang berlangsung selama berabad-abad.