Tren dan Tantangan Utama Pasar Energi Global di 2024

Tahun 2024 diperkirakan akan menghadirkan dinamika yang serupa dengan tahun sebelumnya, mengingat tren yang muncul sepanjang tahun ini diperkirakan akan semakin kuat di masa depan. Pasar minyak, misalnya, diprediksi akan dibanjiri pasokan baru, seiring dengan melimpahnya produksi minyak non-OPEC. Permintaan yang melambat, terutama di China akibat perlambatan pemulihan ekonomi pascapandemi, turut memengaruhi kondisi pasar ini.

Meskipun produksi minyak non-OPEC tahun ini didominasi oleh Amerika Serikat, EIA (Energy Information Administration) memperkirakan adanya perlambatan signifikan dalam pertumbuhan produksi pada 2024. Meskipun demikian, ledakan produksi minyak dan gas alam dari batuan shale di AS diperkirakan akan terus berlanjut, yang pada dasarnya bertujuan untuk menekan OPEC agar mempertahankan pengurangan produksi.

Dengan kondisi ini, harga minyak diprediksi akan lebih rendah dalam jangka panjang. Bahkan, Arab Saudi mungkin akan memulai perang harga untuk merebut pangsa pasar dan menjaga harga tetap tinggi dengan cara membanjiri pasar dengan minyak, yang dapat memengaruhi harga dan menekan produsen minyak AS secara bersamaan. Selain itu, selama dua tahun terakhir, pasar gas alam cair (LNG) dunia telah mengalami lonjakan permintaan yang pesat, diiringi dengan kompetisi untuk mengamankan pasokan domestik. Namun, permintaan LNG diperkirakan akan melambat pada 2024.

Wood Mackenzie mencatat bahwa pada 2022 dan 2023, lebih dari 65 juta ton komitmen pasokan LNG telah disepakati antara konsumen dan pemasok. Meski menunjukkan tingkat permintaan yang tinggi, hal ini juga menunjukkan penurunan investasi LNG di masa depan. Kendati begitu, permintaan gas global diperkirakan akan terus tumbuh, mendorong kebijakan energi yang lebih ramah lingkungan, dengan gas menjadi alternatif terbaik untuk menggantikan batu bara. Transisi dari batu bara ke gas diperkirakan akan terus berlanjut pada tahun mendatang, meski tantangan seperti regulasi emisi yang lebih ketat dan infrastruktur transportasi yang kurang memadai, termasuk di Indonesia, masih harus diatasi. Selain itu, transisi energi juga akan menghadapi persoalan terkait pembangkit listrik tenaga nuklir.