Indonesia-Kamboja Pererat Kerja Sama Pasukan Khusus & Keamanan Maritim

Indonesia dan Kamboja kembali mempererat hubungan bilateral mereka, kali ini di sektor pertahanan, dalam sebuah pertemuan penting antara Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, dan Menteri Pertahanan Kamboja, Jenderal Tea Seiha. Pertemuan ini berlangsung pada Rabu, 26 Februari 2025, di Penang, Malaysia, yang juga menjadi bagian dari ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM) Retreat. Dalam kesempatan tersebut, kedua negara membahas berbagai langkah strategis guna meningkatkan kerja sama militer, dengan fokus utama pada pengembangan pasukan khusus dan penguatan keamanan maritim di kawasan.

Pengembangan Pasukan Khusus dan Keamanan Maritim: Fokus Utama Kerja Sama

Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin, menegaskan bahwa penguatan kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Kamboja merupakan langkah penting dalam menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara. “Pertemuan bilateral ini sangat berarti dalam upaya kami memperkuat kerja sama dalam pengembangan pasukan khusus dan memperhatikan peningkatan keamanan maritim di kawasan ini,” ujar Sjafrie dalam pernyataan resmi yang dibagikan melalui akun Instagram Kementerian Pertahanan RI (@kemhanri).

Dukungan Indonesia terhadap pengembangan kemampuan militer Kamboja diharapkan tidak hanya memperkokoh hubungan kedua negara, tetapi juga berperan penting dalam menciptakan kawasan yang aman dan stabil. Kolaborasi ini diyakini dapat menjawab tantangan yang ada, termasuk ancaman maritim yang semakin kompleks di wilayah tersebut.

Apresiasi Terhadap Partisipasi Kamboja dalam MNEK 2025

Selain membahas isu pertahanan strategis, Menteri Pertahanan Indonesia juga menyampaikan apresiasi kepada Kamboja atas partisipasinya dalam Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2025 yang akan digelar di Bali. “Terima kasih kami sampaikan kepada Kamboja atas partisipasinya dalam MNEK 2025. Partisipasi ini memperkuat semangat kebersamaan dalam ASEAN, yang sangat penting untuk menghadapi berbagai tantangan keamanan yang akan datang,” tambah Sjafrie.

Partisipasi Kamboja dalam latihan angkatan laut multilateral ini menggambarkan pentingnya kerja sama antara negara-negara di kawasan untuk menjaga kestabilan keamanan maritim, terutama di tengah situasi geopolitik global yang terus berkembang. Ini menjadi bukti komitmen bersama untuk mempertahankan ketertiban dan keamanan di perairan Asia Tenggara yang strategis.

Kemitraan Pertahanan Strategis untuk Masa Depan

Sebagai negara yang memiliki pengaruh besar di Asia Tenggara, Indonesia terus berupaya memperkuat kemitraannya dengan negara-negara ASEAN, termasuk Kamboja. Salah satu aspek penting dalam kerja sama ini adalah pengembangan pasukan khusus Kamboja, yang dikenal dengan sebutan Batalyon Para-Komando atau Kopassus Kamboja. Latihan bersama dan pertukaran pengalaman antara pasukan elit dari kedua negara ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan profesionalisme prajurit, serta memperkuat kemampuan pertahanan kedua negara.

Dengan semakin eratnya kerja sama ini, Indonesia dan Kamboja menegaskan komitmen mereka dalam menjaga stabilitas kawasan. Melalui upaya bersama di bidang pertahanan, kedua negara berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman, yang tidak hanya akan memperkuat keamanan nasional masing-masing, tetapi juga memberikan kontribusi terhadap perdamaian dan kemakmuran kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan.

Thailand & 5 Negara Lain Berkolaborasi dalam Proyek ‘6 Negara, 1 Tujuan’

Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, mengajukan inisiatif “Enam Negara, Satu Tujuan” yang bertujuan memperkuat posisi ASEAN sebagai pusat wisata global. Program ini bertujuan untuk mempermudah akses bagi wisatawan internasional serta mendorong pertumbuhan sektor pariwisata di enam negara yang tergabung dalam kerja sama tersebut.

Menurut laporan The Star, Minggu (16/2/2025), Paetongtarn menyatakan bahwa inisiatif ini akan difokuskan pada peningkatan konektivitas antarnegara, kemudahan lintas batas, serta kampanye promosi wisata yang lebih terkoordinasi. Enam negara yang terlibat dalam rencana ini adalah Brunei, Kamboja, Laos, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Tak hanya itu, Thailand juga berencana mengundang Singapura untuk bergabung dalam kerja sama ini.

Meningkatkan Daya Tarik Wisata ASEAN

Paetongtarn menegaskan bahwa inisiatif ini memiliki potensi besar dalam menarik lebih banyak wisatawan dari luar kawasan ASEAN. Dengan skema ini, wisatawan akan lebih mudah menjelajahi beberapa negara dalam satu perjalanan, sehingga meningkatkan jumlah kunjungan serta memperpanjang durasi tinggal mereka di kawasan tersebut.

“Saya yakin ada peluang besar untuk memperkuat kerja sama di bidang pariwisata, yang merupakan sektor utama dalam membangun konektivitas ekonomi dan budaya di kawasan kita. Dengan skema ‘Enam Negara, Satu Tujuan’, kita dapat menjadikan ASEAN sebagai destinasi wisata tunggal yang mudah diakses,” ujarnya.

Paetongtarn optimistis program ini akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan serta mendorong persinggahan yang lebih lama di enam negara peserta. Dengan begitu, setiap negara dapat menikmati manfaat ekonomi dari sektor pariwisata yang lebih terintegrasi.

Kolaborasi Infrastruktur dan Kebijakan Bebas Visa

Sebagai negara dengan posisi strategis di kawasan, Thailand dan Malaysia diharapkan dapat menjadi pemimpin dalam implementasi inisiatif ini. Paetongtarn menekankan bahwa keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada pengembangan infrastruktur lintas batas yang lebih baik, seperti jaringan jalan, kereta api, dan konektivitas udara.

“Kami akan mengembangkan infrastruktur perjalanan lintas batas yang lebih baik, mulai dari perbaikan jalan raya, penghubungan jalur kereta api, hingga kebijakan bebas visa untuk perjalanan multinegara,” jelasnya.

Selain itu, Thailand juga tengah menjalin diskusi dengan negara-negara peserta lainnya, termasuk Malaysia, Kamboja, dan Vietnam, untuk merancang strategi implementasi yang efektif.

“Saat ini, tim perwakilan Thailand sedang berdiskusi dengan mitra kami di Malaysia, Kamboja, dan Vietnam untuk memajukan rencana ini,” tambahnya.

Sebagai putri dari mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra, Paetongtarn ingin memastikan bahwa kebijakan ini dapat segera diwujudkan demi meningkatkan daya saing sektor pariwisata ASEAN di kancah global.

Dengan adanya program “Enam Negara, Satu Tujuan”, ASEAN diharapkan dapat menjadi destinasi yang lebih menarik, mudah diakses, dan menawarkan pengalaman wisata yang lebih menyeluruh bagi wisatawan internasional.