Ledakan Besar di Pelabuhan Shahid Rajaee Iran, Tewaskan 14 Orang

Pada Sabtu, 26 April 2025, sebuah ledakan besar mengguncang Pelabuhan Shahid Rajaee yang terletak di Bandar Abbas, Iran bagian selatan. Menurut laporan dari The New York Times, insiden tersebut kemungkinan disebabkan oleh bahan bakar untuk rudal padat, lebih tepatnya natrium perklorat, yang digunakan dalam pembuatan bahan bakar rudal. Sumber yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengonfirmasi bahwa bahan tersebut meledak setelah disimpan dalam kondisi yang tidak sesuai prosedur.

Setelah kejadian tersebut, kantor berita IRNA melaporkan bahwa ledakan dipicu oleh bahan kimia yang disimpan dalam keadaan yang sangat berisiko. Ledakan ini mengakibatkan 14 orang tewas dan sekitar 750 orang lainnya mengalami luka-luka, dengan sebagian besar korban berada dalam kondisi kritis. Kerusakan yang ditimbulkan juga sangat besar, mempengaruhi fasilitas pelabuhan serta infrastruktur yang ada di sekitar lokasi. Selain itu, ledakan ini juga memicu kebakaran yang meluas, semakin memperburuk situasi.

Penyelidikan lebih lanjut sedang dilakukan oleh pihak berwenang untuk mengetahui penyebab pasti dari insiden tersebut dan untuk memastikan bahwa langkah-langkah pencegahan dapat diterapkan untuk menghindari terulangnya kejadian serupa. Kejadian ini kembali menyoroti pentingnya pengelolaan bahan kimia berbahaya dengan lebih hati-hati di fasilitas-fasilitas strategis seperti pelabuhan, yang memiliki peran vital dalam sektor logistik dan perdagangan internasional. Selain itu, insiden ini juga semakin memperburuk ketegangan yang sudah ada di wilayah tersebut, yang sering menjadi sorotan internasional, terutama dalam konteks kebijakan militer dan keamanan regional.

Ledakan Mematikan di Bukavu: Ketegangan Memuncak di Republik Demokratik Kongo

Situasi di Bukavu, Republik Demokratik Kongo timur, semakin mencekam setelah serangkaian ledakan mengguncang kota tersebut pada Kamis (27/2). Insiden tragis ini menewaskan sedikitnya 11 orang dan melukai 65 lainnya. Kejadian itu berlangsung tidak lama setelah aksi demonstrasi politik yang digelar untuk mendukung kelompok bersenjata Gerakan 23 Maret (M23).

Ledakan terjadi di beberapa titik strategis kota, menyebabkan kepanikan di kalangan masyarakat. Menurut saksi mata, suara dentuman keras terdengar berturut-turut, diikuti oleh kepulan asap tebal dan teriakan warga yang berlarian mencari perlindungan. Otoritas setempat segera merespons dengan mengamankan lokasi dan mengevakuasi para korban ke fasilitas medis terdekat. Hingga kini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun dugaan sementara mengarah pada ketegangan yang meningkat antara kelompok bersenjata dan pemerintah.

Para pejabat setempat mengecam insiden ini dan menyerukan penyelidikan mendalam guna mengungkap pelaku di balik serangan tersebut. Di sisi lain, masyarakat masih dihantui ketakutan akan kemungkinan serangan susulan, mengingat eskalasi konflik yang semakin memanas di wilayah tersebut.

Peristiwa ini menjadi pengingat betapa rapuhnya situasi keamanan di Kongo timur, di mana konflik berkepanjangan terus mempengaruhi kehidupan warga sipil. Ketidakstabilan politik serta kehadiran kelompok bersenjata menjadikan kawasan ini sebagai salah satu wilayah dengan risiko konflik tertinggi di Afrika. Masyarakat internasional pun diharapkan dapat memberikan perhatian lebih terhadap situasi di Kongo demi mencegah tragedi serupa terjadi di masa mendatang.