Palestina Desak Amerika Serikat Tinjau Serangan di Tepi Barat di Tengah Gencatan Senjata Israel-Hamas

Palestina menyerukan pemerintahan baru Amerika Serikat untuk meninjau situasi keamanan di Tepi Barat setelah serangan yang dilakukan pemukim Israel terhadap sejumlah desa Palestina. Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeineh, pada Selasa (21/1), seperti dilaporkan oleh kantor berita Palestina WAFA.

Menurut laporan tersebut, serangan terbaru menargetkan desa al-Funduq, Jinsafut, dan Amatin. Abu Rudeineh menegaskan bahwa tindakan tersebut mengancam perdamaian dan keamanan di kawasan. Ia juga meminta Amerika Serikat untuk segera menghentikan kebijakan Israel yang dianggap memperburuk situasi. Palestina menekankan bahwa solusi atas konflik ini hanya dapat dicapai melalui implementasi resolusi internasional dan Inisiatif Perdamaian Arab, termasuk pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Pada Desember 2024, pemukim Israel juga menyerang desa Marda di Tepi Barat, bahkan membakar sebuah masjid setempat. Insiden ini terjadi di tengah gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat. Gencatan senjata yang dimulai pada 15 Januari 2025 ini bertujuan menghentikan konflik 15 bulan yang telah menewaskan lebih dari 47.000 warga Palestina dan 1.500 warga Israel.

Tahap awal perjanjian mencakup pertukaran tahanan parsial, penarikan pasukan Israel dari perbatasan Gaza, dan pengiriman bantuan kemanusiaan. Selanjutnya, Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat akan mendirikan pusat koordinasi di Kairo untuk menjamin pelaksanaan perjanjian tersebut.

Inggris Salurkan Dana 24,5 Juta Pound untuk Proyek Infrastruktur Berkelanjutan di Indonesia

Pemerintah Inggris, melalui Menteri Indo-Pasifik Catherine West, mengumumkan alokasi dana sebesar 24,5 juta pound (sekitar Rp490,8 miliar) untuk mendanai proyek infrastruktur berkelanjutan di Indonesia. Dana ini akan digunakan untuk mendukung proyek MELAJU, yang baru saja diluncurkan di Jakarta pada Senin. Proyek MELAJU bertujuan untuk memajukan infrastruktur di Indonesia dengan mengedepankan keberlanjutan dan efisiensi energi.

Dalam sambutannya, West menekankan pentingnya sektor infrastruktur dalam membantu Indonesia mencapai visinya sebagai negara maju pada 2045, atau Indonesia Emas 2045. Ia juga menyatakan bahwa proyek ini adalah bentuk komitmen Inggris dalam mendukung upaya Indonesia mengatasi tantangan perubahan iklim global. Proyek MELAJU akan berfokus pada pembangunan sistem transportasi umum yang ramah lingkungan, aman, dan mudah diakses oleh masyarakat, serta mendukung pertumbuhan kota yang berkelanjutan.

Selain itu, proyek ini akan melibatkan kolaborasi antara Inggris dan Indonesia dalam merancang perencanaan perkotaan yang lebih hijau dan tangguh, termasuk di ibu kota baru, Nusantara, serta kota Semarang. Inggris berencana menggandeng pelaku bisnis yang memiliki keahlian di bidang infrastruktur berkelanjutan, serta melibatkan pemangku kepentingan Indonesia untuk mewujudkan tujuan ini.

Dengan proyek MELAJU, diharapkan dapat membuka peluang pendanaan untuk proyek-proyek lain yang berfokus pada kota-kota hijau dan infrastruktur masa depan, seperti Green Cities and Infrastructure serta Future Cities, yang akan memberikan manfaat jangka panjang bagi pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.

Instagram Luncurkan Dua Fitur Baru untuk Tingkatkan Interaksi di Reels

Instagram, platform media sosial milik Meta, kembali menghadirkan inovasi untuk meningkatkan pengalaman pengguna dalam menjelajahi video pendek melalui fitur “Reels”. Baru-baru ini, Instagram memperkenalkan dua fitur baru yang dirancang khusus untuk meningkatkan interaksi sosial, yang memungkinkan pengguna untuk lebih mudah terhubung dengan konten favorit dan memperluas jangkauan video mereka. Kedua fitur tersebut diyakini dapat menambah dimensi sosial dalam penggunaan Reels, yang sudah menjadi salah satu format video terpopuler di platform tersebut.

Fitur pertama yang diluncurkan adalah “Temukan yang Disukai Teman dan Pengikut”. Melalui fitur ini, pengguna dapat melihat konten yang disukai atau diinteraksikan oleh teman-teman dan pengikut mereka, yang secara langsung menghubungkan mereka dengan lebih banyak konten yang relevan dan menarik. Interaksi ini ditampilkan pada pojok kanan atas video, sehingga pengguna bisa melihat apakah teman atau pengikut memberikan “Suka” atau bahkan meninggalkan “Notes” atau komentar singkat. Hal ini tidak hanya mempermudah eksplorasi konten, tetapi juga mendorong interaksi lebih lanjut di antara pengguna.

Selanjutnya, Instagram memperkenalkan fitur “Mulai Percakapan”, yang memungkinkan pengguna untuk memulai diskusi lebih mendalam mengenai video yang mereka tonton di Reels. Dengan fitur ini, pengguna dapat dengan mudah berkomentar atau memulai percakapan langsung tentang konten tersebut, mirip dengan fitur bilah balasan yang ada di Instagram Story. Ini memungkinkan terjalinnya komunikasi langsung dengan orang lain, memperluas interaksi dan meningkatkan peluang agar video Reels lebih banyak dilihat oleh audiens baru, termasuk mereka yang belum mengikuti akun pengguna. Fitur ini membuka jalan bagi pembentukan komunitas kecil di sekitar konten yang diunggah, meningkatkan kesempatan video untuk menjadi viral.

Sebagai tambahan, kedua fitur ini menawarkan lebih dari sekadar cara untuk berinteraksi dengan video Reels. Dengan memperkenalkan opsi untuk berdiskusi dan berbagi konten favorit, Instagram berupaya meningkatkan kualitas pengalaman sosial di dalam platform, membentuk jejaring sosial yang lebih luas dan memungkinkan pengguna untuk lebih mengenal teman atau pengikut mereka melalui apa yang mereka sukai.

Saat ini, kedua fitur ini baru tersedia di Amerika Serikat, dan Instagram mengumumkan bahwa fitur-fitur tersebut akan diperluas ke lebih banyak kawasan dalam waktu dekat. Ini menunjukkan komitmen Instagram untuk terus memperkaya pengalaman pengguna dan memberikan lebih banyak cara untuk berinteraksi dengan konten, yang dapat membantu konten berkualitas mendapatkan lebih banyak perhatian. Dengan perubahan ini, Instagram terus menunjukkan bahwa mereka sangat mendengarkan masukan dari pengguna dan selalu berinovasi untuk meningkatkan pengalaman sosial di platform mereka.

Microsoft Uji Coba Fitur Pencarian Berbasis AI di Windows 11, Meningkatkan Kemudahan Akses Berkas

Microsoft dilaporkan tengah menguji coba fitur pencarian berbasis kecerdasan buatan (AI) di sistem operasi Windows 11, yang bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam mencari berkas atau dokumen. Kabar ini terungkap melalui saluran komunikasi Windows 11 Insider, di mana para penguji mendapatkan kesempatan untuk mencoba fitur pengindeksan semantik melalui PC Copilot Plus. Fitur ini pertama kali diumumkan oleh Microsoft pada Oktober 2024.

Fitur pencarian berbasis AI ini memanfaatkan pengindeksan semantik, memungkinkan pengguna untuk mencari berkas dengan menggunakan bahasa yang lebih santai dan alami, tanpa harus bergantung pada kata kunci yang tepat. Seperti halnya fitur AI Microsoft lainnya, untuk mengakses pencarian berbasis AI ini, pengguna membutuhkan PC Copilot Plus.

Fitur ini bekerja di berbagai layanan Windows, seperti “Setelan”, “File Explorer”, dan bilah tugas. Menariknya, pencarian berbasis AI ini tidak memerlukan koneksi internet karena menggunakan Neural Processing Unit (NPU) yang ada pada perangkat yang sudah dilengkapi Copilot Plus.

Namun, pencarian AI ini masih terbatas pada berkas yang disimpan secara lokal di komputer, seperti gambar dan dokumen dalam format JPEG, PNG, PDF, TXT, dan XLS. Pengguna dapat memilih lokasi berkas untuk diindeks melalui opsi di Setelan > Privasi & Keamanan > Jendela Pencarian, dan dapat mengaktifkan opsi “Disempurnakan” untuk mengindeks seluruh mesin mereka.

Fitur ini saat ini tersedia untuk perangkat yang disetel dalam bahasa Mandarin, Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, dan Spanyol, dengan rencana untuk ekspansi lebih lanjut, termasuk penyertaan data cloud seperti yang ada di OneDrive. Fitur ini akan diluncurkan secara bertahap untuk Windows Insider pada perangkat yang mendukung prosesor Snapdragon, dengan dukungan untuk prosesor Intel dan AMD di masa depan.

Judul: Israel Ultimatum Gaza: Jika Negosiasi Gagal, Perang Akan Berlanjut

Israel memberikan ultimatum kepada Hamas terkait kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Jumat (17/1) menyatakan bahwa jika negosiasi fase kedua gagal, Israel siap kembali melancarkan serangan militer di Gaza.

Kesepakatan tersebut mencakup negosiasi fase kedua yang dijadwalkan dimulai pada hari ke-16 dari fase pertama, yaitu Minggu (19/1), dengan durasi hingga 42 hari. Dalam tahap ini, pasukan Israel akan mundur dari wilayah permukiman di Gaza, sementara 33 sandera Israel akan dibebaskan sebagai imbalan sejumlah tahanan Palestina.

Kabinet keamanan Israel telah menyetujui kesepakatan ini pada Jumat, tetapi Netanyahu menegaskan bahwa dukungan dari Amerika Serikat telah diperoleh jika Hamas tidak memenuhi tuntutan keamanan Israel. Pernyataan Netanyahu ini juga bertujuan meredam ancaman Menteri Keuangan Bezalel Smotrich yang mengancam menarik dukungan dari pemerintah jika kesepakatan tersebut tidak disertai tindakan tegas terhadap Hamas.

Sementara itu, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir menyatakan bahwa partainya akan meninggalkan pemerintahan jika kabinet menyetujui kesepakatan tersebut.

Qatar, sebagai mediator, mengumumkan kesepakatan tiga fase pada Rabu sebelumnya untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lebih dari 15 bulan di Gaza. Konflik ini telah menewaskan lebih dari 46.000 orang dan meninggalkan Gaza dalam kehancuran.

Di sisi lain, Netanyahu menghadapi tekanan internasional, termasuk surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait operasi militernya di wilayah tersebut.

Kesepakatan Dramatis: Israel Akan Bebaskan 1.977 Tahanan Palestina dalam Pertukaran Sandera di Gaza

Sebanyak 1.977 tahanan Palestina akan dibebaskan oleh Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan yang juga mencakup gencatan senjata di Jalur Gaza. Dari jumlah tersebut, 290 tahanan sedang menjalani hukuman seumur hidup, sementara 1.687 lainnya ditahan atas berbagai tuduhan.

Kesepakatan ini akan mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari, seperti dilaporkan oleh media Israel. Israel setuju membebaskan para tahanan Palestina tersebut sebagai imbalan untuk 33 sandera Israel yang saat ini ditahan di Gaza, menurut laporan harian Yedioth Ahronoth.

Paket pertukaran ini mencakup pembebasan 1.000 tahanan Palestina yang ditahan pasca-insiden 7 Oktober 2023, serta 47 tahanan yang sebelumnya telah dibebaskan dalam pertukaran tahanan tahun 2011 tetapi kemudian ditangkap kembali.

Proses pembebasan akan dilakukan dalam tujuh tahap selama 42 hari. Pada hari pertama, tiga sandera Israel akan dibebaskan, diikuti oleh empat sandera pada hari ketujuh. Selanjutnya, tiga sandera akan dibebaskan setiap pekan hingga pekan terakhir, yang akan menyaksikan pelepasan 14 sandera secara bersamaan.

Kantor otoritas Israel telah mengonfirmasi bahwa proses ini akan dimulai setelah disetujui oleh Kabinet Keamanan dan pemerintah. Daftar tahanan yang akan dibebaskan pada fase pertama akan diterbitkan oleh Kementerian Kehakiman Israel dan Dinas Penjara Israel.

Menurut Komisi Urusan Tahanan Palestina, Israel saat ini menahan sekitar 10.400 warga Palestina, termasuk 600 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup.

Kesepakatan ini beriringan dengan pengumuman Qatar mengenai gencatan senjata tiga fase, yang bertujuan menghentikan lebih dari 15 bulan konflik mematikan di Gaza. Konflik ini telah merenggut nyawa hampir 46.800 warga Palestina—kebanyakan perempuan dan anak-anak—dan melukai lebih dari 110.000 lainnya sejak Oktober 2023, berdasarkan laporan otoritas kesehatan setempat.

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada November mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Selain itu, Israel menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang yang dilancarkannya di Palestina.

Perayaan Gencatan Senjata di Dunia Arab: Solidaritas untuk Gaza!

Pada Rabu (15/1), sejumlah negara di dunia Arab merayakan pengumuman kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Di Yordania, ibu kota Amman menjadi pusat perayaan, dengan parade mobil yang mengibarkan bendera Palestina dan menyuarakan dukungan untuk perlawanan di Gaza. Sebagian orang membagikan permen sambil mengenakan kefiyeh Palestina, seraya mengucapkan seruan, “Kemenangan untuk kita!” dan “Semoga Allah memberikan kekuatan kepada mereka!” sebagai bentuk penghormatan terhadap para pejuang Gaza.

Di Maroko, kota Tangier dan Rabat juga menggelar pawai meriah, dengan banyak orang membawa foto Masjid Al-Aqsa dan bendera Palestina. Sementara itu, pawai serupa terjadi di wilayah Tepi Barat, termasuk Ramallah, Hebron, dan Nablus, dengan seruan mengagungkan perjuangan Gaza dan pemimpin mereka, Yahya Sinwar, yang gugur akibat serangan Israel.

Media sosial dipenuhi dengan video kebahagiaan, kembang api, dan doa dari masjid. Suriah, khususnya Aleppo dan Hama, turut merayakan dengan kerumunan yang melambaikan bendera Palestina dan berteriak, “Gaza, kami bersamamu hingga akhir!” Kamp pengungsi Palestina di Lebanon, seperti di Beirut, Sidon, dan Tripoli, juga ramai dengan suara tembakan, kembang api, dan seruan solidaritas.

Di Tunisia, sebuah aksi demonstrasi besar berlangsung di depan teater kota Tunis, dengan para peserta meneriakkan seruan seperti “Gaza, lambang kebanggaan” dan “Tidak ada kepentingan Zionis di tanah Tunisia,” sambil mengibarkan bendera Palestina. Di Doha, Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, mengumumkan secara resmi kesepakatan gencatan senjata yang mencakup pertukaran tahanan, penarikan pasukan Israel dari Gaza, serta rencana perdamaian yang akan mulai berlaku pada hari Minggu (19/1).

Kebakaran Hebat di Greater Los Angeles: Petugas Damkar Terus Berjuang, Pemerintah Siapkan Bantuan Segera

Petugas pemadam kebakaran di wilayah Greater Los Angeles (LA) terus berupaya memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mengancam wilayah tersebut, meskipun peringatan angin berbahaya masih berlaku hingga Rabu (15/1). Cuaca ekstrem yang mendukung kebakaran terus terjadi di pesisir California Selatan, termasuk wilayah Los Angeles County yang dilanda karhutla, menurut Layanan Cuaca Nasional (NWS) AS pada Selasa (14/1).

Peringatan situasi sangat berbahaya diberlakukan mulai Selasa hingga Rabu tengah hari di sebagian besar Los Angeles County dan Ventura County karena embusan angin Santa Ana yang kuat. NWS menjelaskan bahwa kondisi vegetasi yang sangat kering, perilaku api yang semakin ganas, dan kekuatan angin yang kencang menciptakan situasi yang sangat berisiko tinggi. Risiko kebakaran besar dan penyebaran api sangat cepat semakin meningkat.

Kebakaran besar yang melanda Los Angeles telah menyebabkan sedikitnya 25 korban jiwa, menghancurkan lebih dari 12.300 bangunan, dan menghanguskan lebih dari 16.430 hektare lahan. Meski begitu, dua kebakaran terbesar di wilayah tersebut, yaitu Kebakaran Palisades dan Kebakaran Eaton, telah berhasil dikendalikan sekitar 17% dan 34%, meskipun ancaman kebakaran baru tetap tinggi karena angin dan vegetasi yang sangat kering.

Hingga Selasa pagi waktu setempat, sekitar 88.000 warga Los Angeles County masih berada di bawah perintah evakuasi. Jam malam diterapkan di zona karhutla Palisades dan Eaton mulai pukul 18.00 hingga pukul 06.00. Wali Kota Los Angeles, Karen Bass, mengumumkan telah menandatangani perintah eksekutif yang mempercepat proses pemulihan dan pembangunan kembali pascakarhutla, termasuk pembersihan puing-puing dan perizinan yang dipercepat.

Gubernur California, Gavin Newsom, juga mengeluarkan perintah eksekutif untuk memberikan bantuan kepada pelajar dan sekolah yang terdampak kebakaran. Selain itu, dana bantuan bencana senilai lebih dari 8,4 juta dolar AS telah disetujui untuk individu dan rumah tangga yang terdampak kebakaran di California, sesuai pernyataan Badan Manajemen Kedaruratan Federal AS.

Serangan DDoS Targetkan 46 Perusahaan Jepang, Termasuk Japan Airlines dan MUFG Bank

Trend Micro, perusahaan keamanan siber terkemuka asal Jepang, baru-baru ini melaporkan adanya serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang menargetkan 46 perusahaan dan organisasi di Jepang. Serangan ini terjadi antara 27 Desember hingga 9 Januari, dengan dampak yang cukup besar terhadap beberapa perusahaan besar di negara tersebut, termasuk Japan Airlines, MUFG Bank, dan NTT Docomo. Laporan tersebut dipublikasikan oleh media setempat pada Minggu (12/1), yang mengungkapkan bahwa serangan ini dilakukan menggunakan botnet, sebuah jaringan komputer yang dikendalikan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Serangan DDoS dilakukan dengan cara mengirimkan sejumlah besar data ke situs web atau server yang menjadi sasaran. Tujuan dari serangan ini adalah untuk mengganggu atau bahkan membuat sistem tersebut tidak dapat diakses, menyebabkan gangguan signifikan pada operasi perusahaan yang diserang. Meskipun serangan ini tidak menyebabkan kerusakan fisik, tetapi gangguan yang ditimbulkan cukup mengganggu kelancaran layanan dan akses situs web bagi pengguna.

Selain perusahaan besar, serangan ini juga melibatkan banyak organisasi lain yang terdampak, dengan beberapa mengalami kesulitan untuk mengakses layanan mereka akibat kelebihan beban pada sistem mereka. Trend Micro mencatat bahwa sulit untuk menentukan tujuan spesifik dari serangan ini, namun ada dugaan kuat bahwa serangan ini bisa menjadi langkah awal dari persiapan serangan lebih besar yang lebih terorganisir. Katsuyuki Okamoto, seorang ahli dari Trend Micro, mengungkapkan bahwa serangan-serangan tersebut mungkin dilakukan untuk tujuan pengawasan atau bahkan untuk memetakan kelemahan-kelemahan yang ada pada infrastruktur siber perusahaan-perusahaan tersebut.

Kehadiran serangan siber semacam ini semakin menyoroti pentingnya langkah-langkah mitigasi dan perlindungan terhadap infrastruktur siber di tingkat global. Ke depan, diharapkan para penyedia layanan dan perusahaan dapat meningkatkan kesiapsiagaan mereka terhadap ancaman serupa yang mungkin terjadi.

Pemimpin Baru Suriah Optimis 14 Juta Pengungsi Akan Kembali dalam Dua Tahun Pasca Jatuhnya Rezim Assad

Ahmed al-Sharaa, pemimpin pemerintahan baru Suriah, menyampaikan optimisme tinggi mengenai kembalinya 14 juta warga Suriah yang mengungsi setelah jatuhnya rezim Bashar Assad. Dalam sebuah wawancara dengan pembuat film dokumenter Joe HaTTab yang disiarkan pada Minggu (12/1), al-Sharaa menyatakan bahwa ia yakin sebagian besar pengungsi akan kembali dalam dua tahun ke depan, dengan hanya sekitar satu hingga 1,5 juta yang kemungkinan tetap tinggal di luar negeri.

Mengkritik keras rezim Baath yang digulingkan, al-Sharaa menggambarkan bagaimana institusi negara telah disalahgunakan untuk menekan rakyat melalui penyiksaan dan kekerasan. Dia menegaskan komitmen pemerintahannya untuk membawa Suriah ke arah rekonstruksi melalui keadilan sebagai landasan dasar pembangunan negara.

Al-Sharaa juga menekankan pentingnya perencanaan yang terstruktur untuk memperkuat negara. Ia percaya bahwa melalui perencanaan yang matang dan pendidikan publik yang konsisten, tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Suriah dapat diatasi, meskipun memerlukan waktu.

Dalam wawancara tersebut, al-Sharaa menyatakan bahwa revolusi telah berhasil mengangkat martabat rakyat Suriah, dan saat ini mereka melihat masa depan dengan harapan. Ia menegaskan pentingnya membangun keharmonisan di antara semua lapisan masyarakat, yang kini memiliki konsensus sosial yang kuat.

Setelah jatuhnya rezim, pemerintahan baru Suriah berfokus pada rekonsiliasi, dengan kebijakan amnesti bagi mereka yang beralih kesetiaan setelah perubahan rezim. Namun, ia menegaskan bahwa individu yang terlibat dalam kejahatan perang, seperti penyiksaan dan pembantaian, tidak akan mendapat pengampunan.

Kekuasaan al-Sharaa menjadi simbol dari perubahan besar di Suriah setelah hampir 25 tahun rezim Assad, yang berakhir setelah kelompok anti-rezim berhasil menguasai Damaskus pada Desember 2024. Pemerintahan baru yang kini berada di bawah kendali al-Sharaa diharapkan dapat membawa Suriah ke arah yang lebih stabil dan damai setelah bertahun-tahun konflik.