China Kritik AS Soal Tuduhan Asal-Usul COVID-19

Pemerintah China kembali mengkritik Amerika Serikat (AS) atas upaya mereka yang terus mempolitisasi isu asal-usul wabah COVID-19. Seorang juru bicara dari Komisi Kesehatan Nasional (NHC) China menyampaikan bahwa tuduhan AS yang mengaitkan wabah dengan kebocoran dari laboratorium Wuhan sama sekali tidak berdasar dan sepenuhnya tidak didukung oleh bukti ilmiah yang valid. Juru bicara tersebut menilai bahwa argumen yang disampaikan oleh AS mengenai asal-usul virus ini sepenuhnya dibuat-buat dan tidak memiliki dasar yang sah.

China menilai bahwa tindakan berulang dari AS untuk mengalihkan tanggung jawab dan mencoreng nama baik China terkait dengan pandemi ini hanya menunjukkan niat AS untuk mempolitisasi isu ilmiah dan menggunakan wabah sebagai alat untuk membatasi China. Menurut juru bicara tersebut, bukti yang berkembang menunjukkan bahwa virus ini mungkin telah muncul di AS lebih awal dari yang diperkirakan, dan oleh karena itu, tahap penelusuran selanjutnya harusnya dilakukan di negara tersebut. China juga mengingatkan bahwa sudah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan untuk mencari tahu asal-usul virus, dan sebagian besar menunjukkan bahwa teori kebocoran laboratorium tidak memiliki bukti yang kuat.

Pemerintah China juga menegaskan bahwa AS harus berhenti membuat tuduhan tanpa dasar dan menjalankan kampanye yang merugikan nama baik negara lain. “Kami mendesak AS untuk bertanggung jawab atas masalah yang mereka hadapi, serta memberikan penjelasan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kepada komunitas internasional dan dunia,” tambah juru bicara itu. Tindakan ini diharapkan dapat mengakhiri spekulasi yang tidak berdasar dan menjaga fokus pada upaya global dalam mengatasi pandemi COVID-19.

Ketegangan di Laut Merah: AS Beri Peringatan kepada Rusia terkait Serangan Houthi

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, memberitahu Menlu Rusia, Sergei Lavrov, tentang operasi militer yang dilakukan AS terhadap kelompok Houthi di Yaman. Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa serangan terhadap kelompok yang didukung Iran itu merupakan langkah pencegahan untuk melindungi kapal-kapal militer dan komersial Amerika yang berlayar di Laut Merah. Juru bicara Deplu AS, Tammy Bruce, menegaskan bahwa Washington tidak akan mentoleransi serangan Houthi yang terus berlanjut di jalur perdagangan strategis tersebut.

Selain membahas tindakan militer AS, kedua menteri juga mendiskusikan langkah-langkah lanjutan setelah pertemuan mereka di Arab Saudi. Mereka sepakat untuk terus menjaga komunikasi antara Washington dan Moskow guna menghindari eskalasi ketegangan lebih lanjut.

AS baru-baru ini melancarkan serangan udara ke Yaman yang menargetkan kelompok Houthi, menyebabkan sedikitnya 19 korban jiwa. Presiden AS, Donald Trump, memperingatkan bahwa tindakan lebih lanjut akan diambil jika kelompok tersebut tetap menyerang kapal-kapal dagang di Laut Merah. Sejak akhir 2023, Houthi telah melancarkan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal yang dikaitkan dengan Israel, sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Houthi sempat menghentikan serangannya ketika gencatan senjata antara Israel dan Hamas diumumkan. Namun, setelah Israel kembali memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza pada 2 Maret, kelompok tersebut mengancam akan melanjutkan aksinya, meningkatkan risiko ketidakstabilan di kawasan.

Diplomasi Sulit: AS, Hamas, dan Negosiasi Pembebasan Sandera

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, menegaskan bahwa pertemuan utusan Presiden Donald Trump, Adam Boehler, dengan kelompok Palestina Hamas hanyalah insiden sekali terjadi. Rubio menjelaskan bahwa pertemuan tersebut dilakukan dalam konteks upaya pembebasan sandera, di mana Boehler diberi izin serta dorongan untuk berbicara langsung dengan pihak yang memiliki kendali atas para tawanan. Namun, hingga kini, negosiasi tersebut belum membuahkan hasil yang diharapkan. Rubio menegaskan bahwa jalur utama diplomasi AS dalam isu ini tetap melalui utusan khusus Timur Tengah, Steve Witkoff, yang bekerja sama dengan Qatar.

Sementara itu, Boehler mengungkapkan bahwa ia telah melakukan komunikasi langsung dengan Hamas mengenai pemulangan semua sandera Israel, termasuk mereka yang berkewarganegaraan Amerika Serikat. Rubio memuji Boehler atas dedikasinya dalam membebaskan banyak sandera di berbagai belahan dunia. Pernyataan tersebut disampaikan dalam perjalanan menuju Arab Saudi, di mana pejabat AS dan Ukraina akan bertemu untuk membahas penyelesaian konflik Rusia-Ukraina.

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berupaya memperpanjang fase awal pertukaran tahanan guna membebaskan lebih banyak sandera Israel tanpa memenuhi kewajiban militer maupun kemanusiaan yang tercantum dalam perjanjian sebelumnya. Namun, Hamas menolak pendekatan tersebut dan tetap menuntut Israel untuk sepenuhnya mematuhi kesepakatan gencatan senjata. Hamas juga meminta para mediator untuk mempercepat negosiasi tahap kedua yang mencakup penarikan penuh pasukan Israel serta penghentian perang.

Sejak Januari, perjanjian gencatan senjata telah diberlakukan untuk menghentikan perang di Gaza yang telah menyebabkan lebih dari 48.500 korban jiwa, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Konflik berkepanjangan ini telah menghancurkan wilayah Gaza secara menyeluruh, menimbulkan krisis kemanusiaan yang semakin parah.

Suriah Kembali ke OKI, Babak Baru dalam Dinamika Regional

Suriah resmi kembali menjadi anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) setelah keanggotaannya sempat ditangguhkan selama 13 tahun. Keputusan ini disambut baik oleh pemerintah Suriah, yang menganggapnya sebagai langkah signifikan dalam upaya mengembalikan negara itu ke panggung regional dan global. Dalam pernyataan resminya, Kementerian Luar Negeri Suriah menegaskan komitmennya terhadap nilai-nilai OKI, seperti kerja sama, keadilan, dan martabat, serta kesiapannya untuk bekerja sama dengan negara-negara Islam dalam membangun kembali Suriah dan memperkuat kawasan.

Kembalinya Suriah ke OKI terjadi setelah inisiatif diplomatik Turki dalam Pertemuan Dewan Menteri Luar Negeri Luar Biasa OKI di Jeddah. Sebelumnya, pada 2012, keanggotaan Suriah ditangguhkan sebagai respons terhadap meningkatnya kekerasan oleh rezim Bashar Assad terhadap rakyatnya. Pada 24 Juni 2012, Komite Eksekutif Luar Biasa OKI mengeluarkan rekomendasi penangguhan, yang kemudian diperkuat dalam KTT Luar Biasa OKI ke-4 di Mekkah pada Agustus 2012.

Setelah hampir 25 tahun memimpin, Assad pun melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember, yang menandai berakhirnya rezim Partai Baath yang telah berkuasa sejak 1963. Posisi kepemimpinan kini dipegang oleh Ahmed al-Sharaa, yang ditunjuk sebagai presiden transisi pada 29 Januari. Kembalinya Suriah ke OKI menandai perubahan penting dalam dinamika geopolitik kawasan, sekaligus membuka peluang baru bagi negara itu untuk kembali aktif dalam kerja sama internasional.

Netanyahu Berikan Pager Emas kepada Trump, Mengingat Serangan Pager Mematikan di Lebanon

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan dua buah pager kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat kunjungannya ke Gedung Putih pada 4 Februari 2025. Salah satu pager tersebut adalah pager emas, sementara yang lainnya adalah pager biasa. Pemberian tersebut diyakini terkait dengan serangan pager yang terjadi di Lebanon pada September 2024.

Saluran berita Israel, Channel 12 News, melaporkan bahwa sebagai balasan, Trump memberikan hadiah berupa foto bersama Netanyahu yang diambil selama kunjungannya, disertai pesan: “Untuk Bibi, seorang pemimpin hebat.” Bibi adalah julukan akrab untuk Netanyahu.

Trump menggambarkan serangan pager yang terjadi di Lebanon sebagai “operasi luar biasa.” Serangan tersebut, yang terjadi pada 17 September 2024, melibatkan ledakan ribuan pager di seluruh Lebanon, menewaskan 14 orang dan melukai sekitar 3.000 lainnya. Keesokan harinya, serangan lanjutan menggunakan walkie-talkie juga terjadi, dengan 20 orang tewas, termasuk beberapa korban yang berada di pemakaman setelah serangan pertama.

Serangan tersebut ditujukan kepada anggota Hizbullah, meskipun banyak orang yang tidak terafiliasi dengan kelompok tersebut juga menjadi korban. Mayoritas korban yang terluka mengalami cedera parah di kepala dan perut, dan beberapa kehilangan penglihatan atau anggota tubuh, termasuk jari. Seorang anak berusia 10 tahun yang tewas di Lembah Bekaa menjadi salah satu korban, ketika pager ayahnya, seorang anggota Hizbullah, meledak. Juga terdapat laporan tentang anak dari anggota parlemen Hizbullah yang termasuk di antara korban yang tewas.