Angkatan Laut Jerman Rencanakan Akuisisi Fregat F127 Senilai 21 Miliar Euro untuk Keamanan Maritim Masa Depan

Jerman telah menyetujui pengadaan sejumlah program baru untuk memperkuat pertahanan maritimnya, termasuk peluncuran program Fregat F127. Dengan nilai kontrak mencapai 21 miliar euro, pengadaan fregat ini dimaksudkan untuk menggantikan tiga kapal Fregat kelas F124 Sachsen yang saat ini beroperasi. Fregat F127, yang memiliki bobot 10.000 ton, diharapkan dapat mengisi kesenjangan dalam pertahanan udara dan memperkuat posisi Jerman dalam NATO.

Sebagai bagian dari upaya ini, 90% dari volume pesanan akan diproduksi di Jerman, menciptakan sekitar 1.500 pekerjaan di fasilitas Thyssenkrupp Marine Systems (TKMS) di Wismar. Hal ini juga menunjukkan komitmen Jerman untuk memperkuat kemampuan teknologinya dalam pembangunan kapal perang yang kompleks. Fregat F127 dirancang berdasarkan desain MEKO A400 AMD dan dipersiapkan untuk mulai beroperasi sekitar tahun 2034, menggantikan Fregat F124 pada awal 2030.

Desain fregat ini mencakup panjang lambung 160 meter, lebar 21 meter, dan draft 5,5 meter, dengan propulsi yang memungkinkan kecepatan tertinggi 32 knot dan jangkauan 4.000 mil laut. Fregat ini juga dilengkapi dengan ruang hanggar untuk dua helikopter NH90 dan kapasitas untuk dua kontainer ISO, memberikan fleksibilitas lebih dalam menjalankan misi. Program ini bertujuan tidak hanya untuk memperkuat pertahanan udara Jerman tetapi juga untuk menegaskan kembali peran negara ini sebagai pemimpin dalam teknologi kapal perang serta mendukung perekonomian melalui penciptaan lapangan pekerjaan.

Olaf Scholz: Jangan Biarkan Ukraina Berjuang Sendiri Melawan Rusia!

Kanselir Jerman Olaf Scholz kembali menegaskan pentingnya mendukung Ukraina di tengah invasi Rusia yang terus berlangsung. Dalam wawancaranya pada Jumat, Scholz menyatakan bahwa dunia tidak boleh meninggalkan Ukraina dalam perjuangannya mempertahankan kedaulatan.

“Rusia telah memulai perang agresi yang brutal dan tanpa ampun terhadap Ukraina, menewaskan dan melukai ratusan ribu orang. Kita harus melakukan segala upaya untuk memastikan Ukraina tetap menjadi negara berdaulat,” ujar Scholz dalam wawancara dengan T-Online.

Scholz menekankan bahwa Jerman mendukung Ukraina secara maksimal, namun dengan tetap berhati-hati agar tidak memicu eskalasi yang dapat memicu konflik antara Rusia dan NATO. Scholz juga menegaskan keputusannya untuk tidak mengirimkan rudal jelajah Taurus ke Ukraina guna menjaga stabilitas kawasan.

Dukungan Militer dan Tantangan Politik
Scholz menyerukan kepada sekutu Barat untuk meningkatkan dukungan militer kepada Ukraina. Ia menekankan bahwa prioritas saat ini adalah memastikan Ukraina tidak ditinggalkan dan terus menerima bantuan persenjataan. Scholz menilai ini adalah waktu yang tepat untuk menciptakan landasan bagi perdamaian yang adil dan berkelanjutan, mengingat Presiden Rusia Vladimir Putin gagal mencapai tujuan perangnya.

Sebagai bentuk dukungan, Jerman baru-baru ini mengumumkan paket bantuan militer besar yang mencakup 15 tank Leopard 1 A5, dua tank antipesawat Gepard, satu howitzer bergerak sendiri, dua sistem antipesawat Iris-T, serta dua peluncur rudal Patriot. Langkah ini memperkuat posisi Jerman sebagai pendukung terbesar kedua Ukraina setelah Amerika Serikat.

Krisis Politik di Dalam Negeri
Scholz menghadapi tantangan politik setelah kalah dalam mosi tidak percaya pada 16 Desember 2024. Ia kini memimpin pemerintahan minoritas setelah koalisi tiga partai yang dipimpinnya runtuh akibat konflik internal. Pemilu Jerman yang dijadwalkan pada 23 Februari 2025 akan membahas sejumlah isu utama, termasuk imigrasi, ekonomi, dan dukungan terhadap Ukraina.

Sementara itu, kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden Amerika Serikat telah menimbulkan tanda tanya tentang kelanjutan bantuan militer dan keuangan untuk Ukraina. Trump, yang mengklaim mampu mengakhiri perang dengan cepat, mempertanyakan komitmen Amerika dalam mendukung Ukraina.

Di tengah dinamika ini, Scholz menegaskan pentingnya solidaritas internasional untuk memastikan Ukraina tidak ditinggalkan dan tetap mampu melawan agresi Rusia.