Api Kudus Tertahan: Ribuan Umat Kristen Palestina Dilarang Rayakan Sabtu Suci di Yerusalem

Pada Sabtu (19/4), otoritas Israel dilaporkan menutup akses bagi jemaat Kristen yang ingin merayakan Sabtu Suci di Gereja Makam Kudus, Yerusalem. Perayaan ini merupakan bagian penting dari tradisi Paskah dan diyakini berlangsung di tempat penyaliban serta kebangkitan Yesus. Polisi Israel mendirikan pos pemeriksaan di jalan menuju Kota Tua, melakukan pemeriksaan ketat, dan melarang masuk banyak warga muda, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita Palestina, WAFA.

Larangan ini berdampak besar pada ribuan umat Kristen, terutama mereka yang berasal dari Tepi Barat. WAFA mencatat bahwa hanya sekitar 6.000 izin yang diberikan oleh Israel untuk umat Kristen Palestina dari total populasi sekitar 50.000 orang di wilayah tersebut. Pembatasan ini terjadi meskipun Sabtu Suci merupakan salah satu hari paling penting dalam kalender Kristen, yang diperingati sehari sebelum Minggu Paskah.

Meskipun dibatasi, jemaat tetap datang ke Yerusalem untuk mengikuti ritual Api Kudus. Namun, selama dua tahun terakhir, partisipasi dalam perayaan Paskah menurun drastis akibat situasi konflik yang berkepanjangan di Gaza dan Tepi Barat. Gereja-gereja pun memilih untuk meniadakan perayaan besar dan arak-arakan, hanya menggelar ibadah dan doa bersama sebagai bentuk solidaritas dan penghormatan atas kondisi yang memburuk.

Ketegangan di Tepi Barat terus meningkat, dengan lebih dari 950 warga Palestina dilaporkan tewas sejak Oktober 2023. Pada Juli 2024, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa keberadaan Israel di wilayah Palestina merupakan bentuk pendudukan yang tidak sah secara hukum, dan menyerukan agar seluruh pemukiman di Tepi Barat serta Yerusalem Timur segera dikosongkan.

Eskalasi Konflik: Tentara Israel Gerebek Nablus, Bentrokan Bersenjata Pecah di Tepi Barat

Pasukan Israel melancarkan operasi penggerebekan di rumah-rumah warga Palestina di Kota Nablus, wilayah pendudukan Tepi Barat bagian utara, pada Jumat dini hari. Aksi ini memicu pertempuran sengit antara pejuang Palestina dan militer Israel, terutama di sekitar kamp pengungsi Askar dan Balata di timur kota.

Menurut keterangan saksi mata yang dikutip oleh Anadolu, pasukan Israel memasuki Nablus dari berbagai arah, melakukan penggeledahan di sejumlah rumah warga Palestina. Konfrontasi bersenjata pun tak terhindarkan, dengan kelompok-kelompok perlawanan Palestina seperti Saraya al-Quds (sayap militer Jihad Islam) dan Brigade Martir Al-Aqsa (berafiliasi dengan Fatah) mengklaim keterlibatan dalam baku tembak serta penggunaan bahan peledak terhadap pasukan Israel.

Setelah melakukan operasi militer selama enam jam, tentara Israel akhirnya menarik diri dari Nablus. Namun, serangan di wilayah Tepi Barat utara, terutama di Jenin dan Tulkarem, terus berlangsung sejak 21 Januari. Eskalasi ini telah menyebabkan lebih dari 30 warga Palestina tewas, ribuan orang mengungsi, serta kehancuran infrastruktur yang meluas.

Gelombang kekerasan di Tepi Barat meningkat setelah perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan di Gaza pada 19 Januari. Hingga kini, lebih dari 48.200 warga Palestina dilaporkan tewas akibat agresi Israel di wilayah tersebut. Sementara itu, di seluruh Tepi Barat, sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023, lebih dari 912 warga Palestina telah kehilangan nyawa akibat tindakan militer dan serangan pemukim ilegal Israel.

Pada Juli 2024, Mahkamah Internasional (ICJ) menegaskan bahwa pendudukan Israel di tanah Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun dinyatakan ilegal. ICJ juga menuntut agar semua pemukiman ilegal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur segera dievakuasi, memperkuat desakan internasional untuk mengakhiri penjajahan Israel di wilayah Palestina.