Jakarta – Israel mengumumkan rencananya untuk membentuk zona keamanan “sterilisasi” di wilayah selatan Suriah, sebagai bagian dari upayanya untuk mencegah pengaruh kelompok-kelompok militan yang didukung Iran di daerah tersebut. Langkah ini, yang diklaim untuk meningkatkan stabilitas di perbatasan Israel, diperkirakan akan memperburuk ketegangan di kawasan Timur Tengah, yang sudah rentan terhadap konflik.
Menurut pernyataan dari pejabat tinggi keamanan Israel, zona “sterilisasi” ini bertujuan untuk meminimalkan potensi ancaman dari kelompok-kelompok militan yang beroperasi di wilayah Suriah selatan, termasuk pasukan yang berafiliasi dengan Iran dan Hizbullah. Rencana ini mencakup penguatan patroli dan operasi militer di sepanjang perbatasan dengan Suriah, serta peningkatan pengawasan di daerah-daerah strategis yang bisa digunakan untuk serangan terhadap Israel.
Pihak berwenang Israel menyatakan bahwa langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap kegiatan militan yang semakin meningkat di Suriah selatan, yang dianggap dapat mengancam keamanan nasional Israel. “Kami tidak akan membiarkan Suriah selatan menjadi titik serangan yang mengancam keselamatan warga Israel,” ujar seorang juru bicara militer Israel.
Namun, rencana ini mendapat kritik tajam dari pihak pemerintah Suriah dan sekutunya. Pemerintah Damaskus menanggapi rencana tersebut dengan keras, menilai tindakan Israel sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah dan konvensi internasional. “Israel tidak memiliki hak untuk mengintervensi wilayah kami. Tindakan ini akan memicu ketegangan lebih lanjut di kawasan yang sudah rapuh,” kata seorang pejabat tinggi Suriah.
Konflik di Suriah telah berlangsung selama lebih dari satu dekade, dengan keterlibatan berbagai kekuatan regional dan internasional yang memperburuk situasi. Keputusan Israel untuk membentuk zona sterilisasi ini diperkirakan akan menambah ketegangan antara Israel, Suriah, serta kekuatan-kekuatan lain yang terlibat di Suriah, seperti Iran dan Rusia.
Banyak pihak internasional berharap bahwa solusi diplomatik dapat dicapai untuk mengurangi ketegangan, namun dengan dinamika yang terus berubah, situasi di Suriah selatan tetap menjadi salah satu titik paling sensitif di kawasan Timur Tengah.