Balita Korea Selatan Viral Karena Kecanduan Lagu ‘Apt’ Kolaborasi Rose Blackpink dan Bruno Mars

Lagu “Apt,” hasil kolaborasi antara Rose dari Blackpink dan Bruno Mars, telah mencatatkan kesuksesan besar di tahun 2024, menduduki puncak tangga lagu global dan meraih jutaan kali streaming. Namun, lagu ini tidak hanya menarik perhatian para penggemar musik, tetapi juga menciptakan fenomena unik yang melibatkan anak-anak. Salah satunya adalah seorang balita di Korea Selatan yang viral karena kecanduan lagu ini.

Pada 24 Desember, seorang wanita dengan akun Instagram @closeto_u_ membagikan video putranya yang terlihat menari dan menyanyikan bagian reff dari lagu “Apt,” bahkan saat ia tertidur. Dalam video yang direkam melalui CCTV kamar tidur, balita tersebut terus mengulang lirik “Apateu, apateu” sambil melompat-lompat di atas kasur. Sang ibu menulis, “Rose, Bruno Mars… Tolong selamatkan anak saya yang kecanduan ‘Apt’ dari bangun hingga tidur.”

Video ini dengan cepat viral dan sudah ditonton lebih dari 15 juta kali. Banyak warganet yang awalnya mengira video tersebut adalah rekaman berulang, tetapi ternyata itu adalah satu video utuh dengan aksi tak henti dari si balita. Kehebohan video tersebut sampai ke telinga Rose Blackpink. Dalam komentarnya, dia meminta maaf, “Ya ampun, maafkan saya, Bu,” yang langsung memicu reaksi lucu dari para penggemar yang merasa komentar Rose sangat menggemaskan.

Lagu “Apt” kini tidak hanya menjadi hit di dunia musik, tetapi juga membawa cerita viral yang melibatkan balita yang sangat terpesona dengan lagu tersebut.

Korsel Marah Pesawat Tiongkok Dan Rusia Melipir Ke Zona Keamanan Negara

Pada 2 Desember 2024, pemerintah Korea Selatan (Korsel) mengungkapkan kemarahan mereka setelah dua pesawat militer dari Tiongkok dan Rusia memasuki zona pertahanan udara negara tersebut tanpa izin. Insiden ini terjadi di wilayah udara yang dianggap sebagai zona keamanan nasional, yang diatur ketat untuk melindungi kedaulatan negara. Pasukan udara Korea Selatan segera merespons dengan mengirimkan jet tempur untuk memantau dan mengejar pesawat-pesawat tersebut. Meskipun kedua pesawat itu tidak melakukan pelanggaran lebih lanjut, kejadian ini memicu ketegangan diplomatik antara Korsel dan kedua negara tersebut.

Menurut otoritas militer Korsel, dua pesawat tersebut, yang diduga berasal dari Tiongkok dan Rusia, memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara (KADIZ) yang dikelola oleh Korsel tanpa pemberitahuan sebelumnya. KADIZ adalah wilayah udara yang diatur untuk mencegah pelanggaran terhadap kedaulatan udara negara, meskipun tidak secara otomatis diidentifikasi sebagai wilayah udara teritorial. Meskipun pesawat-pesawat tersebut tidak melanggar perbatasan udara Korsel, insiden ini tetap dianggap sebagai tindakan provokatif. Hal ini memicu reaksi keras dari pemerintah Seoul, yang menyatakan bahwa insiden ini merusak hubungan baik yang telah dibangun antara ketiga negara.

Kementerian Pertahanan Korea Selatan segera mengeluarkan pernyataan resmi yang mengecam tindakan pesawat militer Tiongkok dan Rusia tersebut. Mereka menegaskan bahwa pelanggaran semacam itu akan selalu dihadapi dengan respons yang tegas. Korsel juga meminta kedua negara untuk memberikan penjelasan mengenai insiden tersebut, serta memastikan bahwa hal serupa tidak terjadi lagi di masa depan. Pemerintah Seoul menekankan pentingnya menjaga kestabilan dan keamanan di wilayah tersebut, yang telah menjadi titik perhatian internasional dalam beberapa tahun terakhir karena ketegangan di Laut China Timur dan Laut Jepang.

Sebagai respons terhadap pernyataan pemerintah Korsel, kedua negara yang terlibat, Tiongkok dan Rusia, memberikan klarifikasi terkait insiden tersebut. Kedua negara mengklaim bahwa pesawat mereka sedang melakukan latihan rutin di kawasan internasional dan tidak bermaksud untuk melanggar ruang udara Korsel. Tiongkok menegaskan bahwa mereka selalu menghormati kedaulatan negara lain dan tidak berniat menambah ketegangan, sementara Rusia juga menyatakan bahwa mereka telah berkoordinasi dengan pihak Korea Selatan sebelumnya. Meskipun demikian, Korea Selatan menilai klarifikasi ini belum cukup memadai dan meminta agar lebih berhati-hati dalam operasi udara di masa depan.

Insiden ini berpotensi memperburuk hubungan diplomatik antara Korea Selatan dengan Tiongkok dan Rusia, meskipun kedua negara tersebut mencoba untuk meredakan ketegangan dengan memberikan penjelasan. Korsel, yang selama ini berusaha menjaga hubungan baik dengan negara-negara besar seperti Tiongkok dan Rusia, kini dihadapkan pada dilema untuk menanggapi insiden ini tanpa merusak stabilitas diplomatik. Ketegangan di kawasan ini juga berpotensi mempengaruhi keamanan regional, terutama dengan adanya ketegangan yang terus berlanjut di Semenanjung Korea dan Laut China Timur.

Dengan insiden pelanggaran zona keamanan ini, Korea Selatan berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah tegas untuk melindungi kedaulatan udara negara. Sementara itu, Tiongkok dan Rusia berharap agar situasi ini tidak mengarah pada eskalasi ketegangan lebih lanjut. Meskipun sudah ada klarifikasi dari kedua negara, Pemerintah Korsel meminta agar lebih banyak komunikasi dan koordinasi dilakukan untuk menghindari insiden serupa di masa depan. Ke depannya, penting bagi ketiga negara untuk menjaga dialog terbuka demi menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan Asia Timur.

Korsel Ajukan Protes Atas Penerobosan Zona Pertahanan Udara Oleh Rusia Dan China

Pada 15 November 2024, pemerintah Korea Selatan mengajukan protes resmi kepada Rusia dan China setelah sejumlah pesawat militer dari kedua negara tersebut diduga melanggar Zona Identifikasi Pertahanan Udara (KADIZ) Korea Selatan. Insiden ini terjadi di wilayah perairan yang terletak di dekat Laut Jepang dan mengundang kekhawatiran tentang potensi eskalasi ketegangan di kawasan Asia Timur. Pemerintah Seoul menuntut penjelasan dan tindakan dari kedua negara terkait pelanggaran yang terjadi.

Insiden tersebut melibatkan sejumlah pesawat pembom strategis dari Rusia dan China yang terbang masuk ke wilayah udara yang diklaim oleh Korea Selatan tanpa pemberitahuan atau izin terlebih dahulu. Meskipun pesawat-pesawat tersebut tidak melanggar wilayah udara teritorial Korea Selatan, kehadiran mereka di zona yang sangat sensitif ini telah meningkatkan ketegangan. Pihak militer Korea Selatan merespons dengan mengirimkan pesawat tempur untuk memantau dan mengusir pesawat-pesawat yang tidak dikenal tersebut.

Rusia dan China, dalam pernyataan mereka, menyebutkan bahwa manuver tersebut adalah bagian dari latihan rutin dan tidak dimaksudkan untuk menantang atau mengancam negara lain. Meskipun demikian, Seoul tetap menilai tindakan ini sebagai provokasi yang dapat memicu ketegangan lebih lanjut di kawasan yang sudah rawan konflik. Sebagai respons, Korea Selatan berencana untuk meningkatkan patroli dan memperkuat pengawasan udara di sekitar KADIZ untuk mencegah insiden serupa di masa depan.