Israel Perintahkan Evakuasi Massal di Gaza Selatan, Serangan Mematikan Kembali Terjadi

Militer Israel kembali mengeluarkan perintah evakuasi bagi warga sipil Palestina di Gaza Selatan, tepatnya di tiga wilayah di kota Khan Younis, pada Sabtu. Juru bicara militer, Avichay Adraee, menyatakan bahwa warga di Abasan, al-Qarara, dan Khuza’a harus segera meninggalkan rumah mereka karena daerah tersebut dikategorikan sebagai “zona tempur berbahaya.” Ia menginstruksikan agar warga bergerak menuju pusat penampungan di al-Mawasi, dengan alasan bahwa serangan roket berasal dari wilayah yang menjadi target tersebut.

Dalam pernyataan terpisah, militer Israel mengklaim telah menyerang lokasi peluncuran mortir di Khan Younis, meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut. Pasukan Israel menyebut bahwa tiga tembakan mortir dilepaskan dari Gaza Selatan menuju posisi mereka di timur Khan Younis, namun tidak ada laporan mengenai korban dari pihak mereka.

Serangan terbaru ini terjadi setelah militer Israel melancarkan serangan udara mendadak di Jalur Gaza pada 18 Maret, yang menewaskan lebih dari 920 orang dan melukai lebih dari 2.000 lainnya. Serangan tersebut secara efektif menghancurkan gencatan senjata serta kesepakatan pertukaran tahanan yang sempat berlangsung pada Januari lalu.

Sejak Oktober 2023, konflik di Gaza telah menelan korban jiwa lebih dari 50.200 warga Palestina, dengan mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 114.000 orang mengalami luka-luka akibat serangan militer Israel yang terus berlanjut di wilayah tersebut. Situasi di Gaza semakin memburuk, dengan eskalasi kekerasan yang terus meningkat dan korban sipil yang semakin bertambah setiap harinya.

Pasukan Israel Masuk Lebanon Selatan, Melanggar Gencatan Senjata Lagi

Pasukan militer Israel kembali melakukan pelanggaran terhadap gencatan senjata dengan menyerang wilayah strategis di Lebanon selatan pada Kamis, 26 Desember 2024. Serangan tersebut terjadi di Wadi al-Hujeir, sebuah wilayah yang dikuasai oleh kelompok Hizbullah, di mana pasukan Israel dilaporkan menggunakan senapan mesin kaliber berat selama operasi mereka. Menurut laporan kantor berita Lebanon, NNA, serangan ini menyebabkan ketegangan di kawasan tersebut, memaksa pihak militer Lebanon untuk menutup seluruh akses jalan menuju area yang diserang.

Akibat serangan tersebut, sejumlah warga yang tinggal di kota Qantara, yang terletak tidak jauh dari lokasi penyerangan, terpaksa mengungsi ke desa Ghandourieh. Hingga berita ini diturunkan, pihak militer Israel belum memberikan pernyataan resmi mengenai insiden tersebut.

Pelanggaran gencatan senjata ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Sejak perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani pada 27 November 2024, lebih dari 300 pelanggaran yang dilakukan oleh Israel telah dilaporkan. Gencatan senjata ini dimaksudkan untuk mengakhiri pertempuran yang telah berlangsung selama lebih dari 14 bulan antara militer Israel dan kelompok Hizbullah. Berdasarkan perjanjian tersebut, Israel diwajibkan untuk menarik pasukannya secara bertahap ke selatan Garis Biru, yang merupakan perbatasan de facto antara Israel dan Lebanon. Sementara itu, pasukan Lebanon dijadwalkan untuk ditempatkan di wilayah selatan Lebanon dalam waktu 60 hari.

Sejak dimulainya serangan Israel terhadap Lebanon pada 8 Oktober 2023, data dari Kementerian Kesehatan Lebanon mencatat lebih dari 4.000 korban jiwa, termasuk perempuan, anak-anak, dan tenaga kesehatan. Selain itu, lebih dari 16.000 orang dilaporkan terluka akibat kekerasan yang terus berlanjut.