Menyambut Era Reshoring: Tantangan dan Peluang bagi Industri Manufaktur Indonesia

Perubahan besar dalam dunia manufaktur global, terutama pergeseran dari offshoring ke reshoring, memberikan dampak signifikan bagi perekonomian Indonesia. Perubahan ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, krisis rantai pasok global, dan kebijakan proteksionisme yang semakin berkembang. Sebelum resesi global 2008, offshoring—proses pemindahan operasi produksi ke negara dengan biaya lebih rendah—merupakan strategi utama bagi banyak perusahaan multinasional. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, menjadi tujuan utama perusahaan-perusahaan ini, terutama dalam sektor tekstil, elektronik, dan alas kaki. Pada awal 2000-an, sektor manufaktur Indonesia mengalami perkembangan pesat, dengan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 26 persen pada tahun 2001. Namun, angka ini menurun menjadi 19 persen pada 2022 seiring perubahan struktur ekonomi. Seiring berjalannya waktu, biaya tenaga kerja di Indonesia meningkat, dengan kenaikan rata-rata 6 persen per tahun antara 2015 dan 2020, yang menyebabkan persaingan semakin ketat dengan negara-negara seperti Vietnam dan Bangladesh.

Dalam menghadapi perubahan ini, beberapa negara maju mulai merasakan dampak negatif dari offshoring, seperti hilangnya pekerjaan domestik dan meningkatnya ketimpangan pendapatan, yang kemudian mendorong pergeseran kembali ke reshoring, yaitu pemindahan produksi kembali ke negara asal. Reshoring semakin didorong oleh kemajuan teknologi, seperti otomatisasi dan robotika, yang mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja murah. Hal ini juga membawa perubahan besar dalam pola perdagangan global, di mana negara-negara maju mulai mengurangi ketergantungan mereka terhadap rantai pasok dari negara-negara berkembang, seperti China. Amerika Serikat, misalnya, memperkenalkan kebijakan tarif yang lebih agresif terhadap barang-barang impor dari China, yang berimbas pada negara-negara seperti Indonesia. Selain itu, dampak proteksionisme dan perubahan kebijakan tarif juga memengaruhi perdagangan global, memaksa negara-negara berkembang untuk menyesuaikan strategi ekspornya agar dapat menghindari tarif tinggi yang dikenakan oleh negara besar.

Bagi Indonesia, reshoring menawarkan peluang sekaligus tantangan. Salah satu tantangan utama adalah rendahnya produktivitas tenaga kerja, yang pada 2023 tercatat sekitar USD5.000 per pekerja, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara seperti Vietnam dan Thailand. Untuk meningkatkan daya saing, Indonesia perlu fokus pada peningkatan keterampilan tenaga kerja dan produktivitasnya. Selain itu, Indonesia juga tertinggal dalam hal kemampuan logistik, yang sangat penting dalam sektor manufaktur. Berdasarkan Logistics Performance Index (LPI) 2023, Indonesia berada di peringkat 46, jauh di bawah negara-negara seperti Malaysia dan Singapura. Oleh karena itu, Indonesia perlu meningkatkan infrastruktur logistik dan transportasi untuk menurunkan biaya logistik yang saat ini masih tinggi. Selain tantangan tersebut, perubahan ini juga membawa dampak sosial-ekonomi, seperti penurunan kesejahteraan sebagian pekerja, terutama di sektor-sektor yang bergantung pada tenaga kerja padat, seperti tekstil dan alas kaki. Pada 2023, ekspor Indonesia di sektor ini mengalami penurunan sebesar 8 persen, yang berdampak pada penurunan upah pekerja hingga 5 persen. Selain itu, kebijakan proteksionisme meningkatkan harga barang impor, yang menurunkan daya beli masyarakat, terutama kalangan berpendapatan rendah.

Namun, ada peluang diversifikasi ekspor yang dapat dimanfaatkan Indonesia, terutama dengan fokus pada pasar baru di negara-negara berkembang. Misalnya, ekspor produk makanan olahan Indonesia ke India meningkat 6 persen pada 2023, yang menunjukkan potensi pasar baru yang dapat dimanfaatkan. Untuk menghadapinya, Indonesia perlu mengimplementasikan kebijakan yang memanfaatkan peluang dalam reshoring dan transformasi global. Beberapa langkah yang dapat diambil termasuk diversifikasi ekspor dengan fokus pada produk bernilai tambah tinggi seperti elektronik dan otomotif, serta menjajaki pasar baru di Afrika dan Timur Tengah. Selain itu, Indonesia harus mengutamakan peningkatan infrastruktur logistik, termasuk pelabuhan dan transportasi, untuk mendukung efisiensi dalam rantai pasok. Terakhir, pemerintah perlu meningkatkan anggaran untuk penelitian dan pengembangan (R&D) serta memperkuat program pelatihan tenaga kerja berbasis teknologi guna menghadapi era otomatisasi. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan peluang reshoring untuk memperkuat daya saing industri global dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Peperangan Elektronika Jadi Ancaman Nyata dalam Misi Perdamaian TNI di Lebanon!

Komandan Satgas MTF TNI Konga XXVIII-P UNIFIL, Letkol Laut (P) Anugerah Annurullah, menegaskan bahwa peperangan elektronika kini telah menjadi ancaman nyata dalam eskalasi konflik di Timur Tengah, terutama di perairan Lebanon. Ancaman ini tidak hanya memengaruhi stabilitas wilayah, tetapi juga memperumit operasi militer di laut, di mana teknologi canggih digunakan untuk menggangu sistem komunikasi dan navigasi.

Dalam upacara keberangkatan yang berlangsung di Mabes TNI pada Kamis (19/12), Anugerah menyoroti meningkatnya penggunaan gelombang elektromagnetik yang dapat memicu peperangan elektronika, termasuk ancaman berupa jamming dan spoofing. Fenomena ini menjadi tantangan besar bagi Satgas Maritim TNI yang bertugas di perairan Lebanon, karena gangguan sinyal dapat memengaruhi seluruh jalannya operasi.

“Kita bisa lihat bersama bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah, khususnya di perairan Lebanon, semakin meningkat. Kondisi ini sangat memengaruhi tugas kami di laut, di mana kami harus siap menghadapi ancaman yang semakin kompleks, terutama dalam hal peperangan elektronika,” ungkap Anugerah.

Untuk menghadapi ancaman ini, Satgas Maritim TNI telah memperkuat kemampuan mereka dalam menangkal segala potensi bahaya. Salah satu langkah antisipasi yang diambil adalah melengkapi peralatan mereka dengan sistem anti-jamming, yang dirancang untuk melindungi peralatan komunikasi dan navigasi dari gangguan eksternal. Selain itu, Satgas juga telah mempersiapkan berbagai strategi serangan elektronika yang akan diterapkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh MTF UNIFIL di Lebanon.

Dalam menjalankan misi perdamaian PBB, Anugerah akan memimpin 119 personel yang terdiri dari lebih dari 100 prajurit anak buah kapal (ABK) dan 15 personel non-ABK. Mereka akan bertugas selama 12 bulan di perairan Lebanon menggunakan KRI Sultan Iskandar Muda-367. Selama masa tugas ini, Satgas Maritim TNI akan beroperasi bersama Angkatan Laut Lebanon untuk memastikan stabilitas dan menjaga perdamaian di kawasan yang rawan konflik tersebut. Keterlibatan TNI dalam operasi ini menjadi bagian penting dari upaya perdamaian internasional yang dijalankan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Tren Baru Industri Fashion 2025: Fokus ke Pasar Asia, Merek Lokal, dan Gaya Hidup Sehat!

Industri fashion global menghadapi tantangan berat menjelang 2025, dengan daya beli yang melemah di banyak pasar utama. Sebagian besar pelaku industri mengungkapkan pesimisme terhadap prospek tahun depan. Laporan BoF dan McKinsey, yang mengungkapkan hasil survei mereka tentang “The State of Fashion 2025”, mencatat bahwa lebih dari 40 persen pelaku industri memprediksi stagnasi penjualan, sementara hampir 40 persen lainnya memperkirakan penurunan.

Namun, meski dalam kondisi sulit, beberapa ceruk pasar, seperti fashion lokal dan olahraga, diprediksi akan menjadi titik terang bagi pertumbuhan industri. Menurut laporan tersebut, pasar fashion akan semakin beralih ke Asia, mengingat stagnasi konsumsi di Amerika Utara dan Eropa. Negara-negara seperti India dan Jepang menjadi sasaran utama, dengan India diprediksi mengalami pertumbuhan pasar menengah sekitar 12 hingga 17 persen pada 2025. Sementara itu, Jepang, yang didorong oleh pelancong dan pelemahan mata uang yen, menawarkan potensi besar di sektor barang mewah dengan proyeksi pertumbuhan signifikan pada 2024.

Seiring dengan fokus pada pasar baru, data dari BoF dan McKinsey juga menunjukkan bahwa produsen fashion lokal di Asia, terutama di China, memiliki peluang besar untuk berkembang. Merek-merek domestik kini semakin diterima oleh konsumen Asia, dengan tingkat penerimaan terhadap produk lokal meningkat lebih dari 35 persen dalam dekade terakhir. Bahkan, pada 2023, pangsa pasar merek lokal di China meningkat 6 persen, menggerus konsumen yang sebelumnya membeli produk internasional.

Di sisi lain, ceruk pasar pakaian olahraga (sportswear) semakin berkembang pesat. Merek-merek baru seperti Asics, Hoka, dan On, mencatatkan kinerja luar biasa, mengalahkan beberapa pemain besar seperti Nike dan Adidas. Pada Januari-September 2024, harga saham Asics, misalnya, melonjak hingga 168 persen, sementara perusahaan Deckers, yang menaungi Hoka, mencatatkan kenaikan 91 persen. Pertumbuhan ini mencerminkan minat yang semakin besar terhadap gaya hidup sehat, di mana pakaian olahraga tak hanya digunakan untuk berolahraga, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Prediksi untuk 2025 menunjukkan bahwa pasar sportswear akan terus berkembang, dengan pertumbuhan yang diperkirakan mencapai 5 hingga 7 persen di AS dan Eropa, serta 8 hingga 9 persen di Tiongkok. Hal ini sebagian besar dipicu oleh generasi milenial dan Gen Z yang semakin mengintegrasikan pakaian olahraga ke dalam gaya hidup mereka. Survei juga menunjukkan bahwa dua pertiga konsumen di kategori ini memakai sportswear sebagai bagian dari aktivitas harian mereka, dan lebih dari setengahnya menganggap pakaian olahraga mendukung gaya hidup sehat.

Pada akhirnya, meskipun tantangan berat menghadang, industri fashion kemungkinan besar akan mengarah pada tiga tren utama di tahun 2025: pertumbuhan pesat di pasar Asia, peningkatan penerimaan produk lokal, dan terus berkembangnya minat terhadap gaya hidup aktif yang mendongkrak pasar pakaian olahraga.

Jejak Sejarah Portugis di Belem: Monumen dan Menara Bersejarah yang Wajib Dikunjungi

Beberapa tempat di dunia tak hanya menawarkan pemandangan indah, tetapi juga sarat dengan nilai sejarah yang mendalam. Salah satunya adalah Belem, sebuah kawasan di Portugal yang wajib dikunjungi oleh siapa saja yang menginginkan pengalaman wisata yang menghubungkan sejarah dengan keindahan arsitektur. Belem bukan hanya terkenal sebagai destinasi turis populer, tetapi juga sebagai saksi bisu dari kejayaan bangsa Portugis sebagai penjelajah dunia, dengan keterkaitan erat terhadap sejarah Indonesia.

Pada abad ke-15, bangsa Portugis melakukan pelayaran besar-besaran dalam pencarian rempah-rempah, yang mengarah pada penemuan “harta karun” berharga di Pulau Maluku, Indonesia. Pencarian ini terjadi setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan bangsa Turki Usmani, yang memutuskan jalur perdagangan antara Eropa dan Asia. Hal ini memicu bangsa Portugis untuk mencari rute baru melalui lautan. Pelaut terkenal, Vasco da Gama, adalah tokoh utama yang membuka jalur laut menuju India, sedangkan Alfonso de Albuquerque, penjelajah Portugis yang lebih berfokus pada wilayah Nusantara, berhasil mencapai Maluku pada tahun 1512 melalui Selat Malaka.

Keberhasilan mereka tidak hanya terjadi berkat pelayaran yang penuh tantangan, tetapi juga melalui kecakapan dalam memanfaatkan situasi politik saat itu. Pertikaian antara Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore menjadi faktor yang menguntungkan bagi bangsa Portugis untuk menguasai wilayah-wilayah tersebut, yang akhirnya mengarah pada Perjanjian Saragosa yang memperkuat dominasi Portugis di Nusantara.

Saat berkunjung ke Belem, pengunjung akan disuguhkan dengan dua tempat yang tak boleh dilewatkan, yakni Monumen Penjelajahan dan Menara Belem. Monumen Penjelajahan, dengan tinggi 52 meter, didirikan untuk menghormati para penjelajah Portugis. Menariknya, peta penjelajahan Portugis terpampang jelas di sana, termasuk perjalanan mereka yang mencapai Indonesia. Peta tersebut menandai dengan rinci kedatangan para pelaut Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque ke Maluku pada tahun 1512, sebuah peristiwa yang mengubah jalannya sejarah.

Tak kalah menarik adalah Menara Belem, sebuah bangunan yang masih berdiri kokoh meskipun terendam sebagian akibat air laut. Dibangun pada awal abad ke-16 sebagai menara pemantau, Menara Belem menjadi simbol kejayaan dan strategi pertahanan Portugis di masa itu. Menara ini menjadi saksi sejarah sekaligus mengingatkan kita akan peran besar bangsa Portugis dalam penjelajahan dunia dan pengaruhnya terhadap sejarah Indonesia.

Belem menawarkan pengalaman yang tak hanya menyuguhkan keindahan arsitektur, tetapi juga membangkitkan rasa hormat terhadap sejarah dan petualangan luar biasa para penjelajah yang telah menorehkan jejak mereka di dunia. Untuk para wisatawan yang ingin merasakan atmosfer sejarah dunia, Belem adalah destinasi yang tak boleh dilewatkan, terutama bagi mereka yang tertarik dengan perjalanan waktu yang menghubungkan antara Eropa dan Indonesia.

Misi Bersejarah NASA: New Horizons Jelajahi Objek Ultima Thule di Sabuk Kuiper, Menembus Batas Tata Surya!

Pesawat luar angkasa NASA, New Horizons, baru-baru ini mencatatkan pencapaian luar biasa dengan melakukan penjelajahan luar angkasa terjauh, melewati batas tata surya untuk mengeksplorasi objek bernama Ultima Thule. Objek ini terletak di Sabuk Kuiper, wilayah paling jauh di tata surya, di luar orbit Neptunus, yang jaraknya hampir 6,5 miliar kilometer dari Matahari.

Misi ini telah mengukir sejarah sebagai penjelajahan luar angkasa terjauh yang berhasil dilakukan, diakui oleh The National Academy of Sciences. Pada 1 Januari 2018, New Horizons berhasil menangkap gambar objek Ultima Thule dari jarak sekitar 3.500 kilometer, dengan bentuk yang tidak teratur, mirip pin bowling, dan berputar pada sumbu panjangnya, memiliki dimensi sekitar 32 km x 16 km.

Tim yang terlibat dalam misi ini melakukan observasi awal dengan menggunakan teleskop Hubble pada 26 Juni 2014, yang akhirnya mengidentifikasi objek tersebut, yang diberi nama MU69 2014. Nama Ultima Thule sendiri bermakna “lebih jauh dari dunia yang dikenal”. Misi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai Sabuk Kuiper, yang diyakini menyimpan rahasia tentang asal-usul tata surya.

NASA menjelaskan bahwa Sabuk Kuiper mengandung objek purba yang bisa membantu menjelaskan bagaimana tata surya terbentuk. Oleh karena itu, tujuan misi New Horizons adalah mempelajari lebih lanjut objek-objek di wilayah tersebut sebagai peninggalan dari pembentukan tata surya. Ke depannya, New Horizons akan terus menjelajahi Sabuk Kuiper hingga tahun 2021 dan merencanakan tujuan berikutnya. Selama 20 bulan ke depan, pesawat ini akan terus mengumpulkan data dan gambar Ultima Thule, mengembangkan pengetahuan kita tentang bagian terdalam dari luar angkasa.

Workshop Deep Learning ITS: Meningkatkan Kolaborasi Global dan Kewaspadaan Etis dalam Teknologi AI

Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan komitmennya untuk mendukung kemajuan inovasi global melalui penyelenggaraan workshop bertajuk “Deep Learning and Its Applications in Assisting Human”. Workshop ini hadir untuk menjawab meningkatnya peran teknologi Artificial Intelligence (AI), khususnya deep learning, yang memberikan kontribusi besar dalam berbagai sektor, mulai dari kesehatan hingga bisnis. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi teknis peserta, memperkuat kesadaran etis dalam penggunaan AI, serta mendorong terciptanya kolaborasi internasional yang bermanfaat.

Peserta workshop ini berasal dari berbagai universitas internasional, yang dipilih berdasarkan keragaman latar belakang akademik dan budaya mereka. Pendekatan ini bertujuan menciptakan diskusi yang lebih dinamis dan berbasis perspektif global. Workshop ini tidak hanya mengutamakan teori, tetapi juga menawarkan pengalaman praktis dengan rangkaian kegiatan yang meliputi sesi pemaparan materi teori, diskusi kelompok untuk memecahkan kasus nyata, serta sesi praktik langsung yang memungkinkan peserta untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapatkan. Tak ketinggalan, sesi networking akan membuka peluang bagi para peserta untuk memperluas jejaring profesional lintas negara.

Beberapa topik menarik akan dibahas selama workshop ini, di antaranya dasar-dasar deep learning dan algoritma terkait, penerapan AI dalam analisis data kesehatan, serta pembahasan mengenai etika dan legalitas penggunaan teknologi AI. Materi yang disampaikan diharapkan tidak hanya memberi pemahaman teoritis, tetapi juga keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan untuk kemajuan karier peserta dalam dunia teknologi yang semakin berkembang.

Melalui workshop ini, ITS berharap dapat memperkuat posisi mereka sebagai universitas terkemuka di dunia, sekaligus memberikan dampak positif bagi peserta. Diharapkan dengan keterampilan teknis yang mumpuni dan kesadaran etis yang lebih dalam, para peserta dapat berkontribusi dalam mengatasi tantangan global dan menciptakan solusi berbasis teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia. Workshop ini juga membuka peluang untuk kolaborasi internasional yang lebih erat, memberikan manfaat yang tidak hanya untuk para peserta, tetapi juga untuk FT-EIC ITS dalam mendukung inovasi teknologi berkelanjutan secara global.

Penjelajahan Mars Berisiko Hancurkan Potensi Kehidupan di Planet Merah, Kata Ilmuwan!

Selama bertahun-tahun, misi eksplorasi Mars difokuskan pada pencarian kehidupan di planet merah, namun sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa pendekatan yang selama ini diterapkan berpotensi merusak ekosistem Mars. Studi yang dipublikasikan di Nature Astronomy, menyatakan bahwa beberapa eksperimen yang dilakukan dalam upaya mendeteksi mikroba Mars dapat mencemari atau bahkan menghancurkan kemungkinan kehidupan yang ada.

Dirk Schulze-Makuch, seorang ilmuwan astrobiologi dari Universitas Teknik Berlin, Jerman, menjelaskan bahwa eksperimen yang dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti Gas Chromatograph-Mass Spectrometer (GCMS) dan teknik pelepasan cairan di lingkungan Mars dapat menimbulkan kerusakan. Alat GCMS, yang digunakan dalam misi penjelajahan Viking pada tahun 1970-an, bekerja dengan cara memanaskan sampel tanah Mars untuk memisahkan senyawa-senyawa kimianya. Namun, proses pemanasan ini bisa merusak atau mengubah bukti kehidupan yang ada di Mars.

Misi pendaratan Viking yang dilakukan oleh NASA pada tahun 1976 bertujuan untuk mencari tanda kehidupan dengan mengambil sampel tanah Mars. Namun, bukannya menemukan bukti kehidupan, misi ini justru menemukan senyawa organik terklorinasi yang diduga berasal dari kontaminasi produk pembersih yang dibawa oleh pesawat luar angkasa tersebut. Meski menemukan zat organik yang mengandung klorin, asal usul senyawa ini tetap belum jelas, apakah berasal dari proses biologis atau kimiawi.

Schulze-Makuch juga menyoroti eksperimen lain selama misi Viking yang berfokus pada pelepasan cairan untuk mendukung proses metabolisme dan fotosintesis. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa air adalah kunci kehidupan. Namun, ia mengingatkan bahwa kehidupan mikroba mungkin bisa berkembang di kondisi kering dan ekstrem Mars, sehingga pemberian air justru bisa merusak keseimbangan ekosistem planet tersebut.

Schulze-Makuch menilai bahwa untuk penjelajahan Mars di masa depan, ilmuwan seharusnya menghindari manipulasi langsung terhadap lingkungan Mars. Sebagai gantinya, ia menyarankan pendekatan baru yang lebih tepat dengan mencari senyawa terhidrasi atau garam higroskopis, yang bisa memberikan petunjuk tentang kehidupan mikroba yang mungkin ada di Mars.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang lingkungan Mars, ilmuwan berharap dapat menemukan petunjuk kehidupan yang lebih akurat tanpa merusak potensi ekosistem asli planet tersebut.

Rusia Siapkan Platform Mobil Nasional dengan Investasi $900 Juta, Fokus pada Kendaraan Hybrid dan Listrik

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, negara tersebut mengalami dampak signifikan dari sanksi internasional yang mempengaruhi perekonomiannya. Banyak perusahaan asing, termasuk produsen mobil dari Barat, menghentikan operasinya di Rusia, menyebabkan penurunan tajam dalam penjualan mobil baru. Namun, Rusia kini berusaha bangkit dengan merancang solusi jangka panjang melalui pengembangan platform mobil nasional.

Pemerintah Rusia berencana mengalokasikan hingga $900 juta dalam tiga tahun ke depan untuk proyek ini, yang bertujuan menciptakan platform mobil serbaguna, mampu digunakan untuk berbagai jenis kendaraan, termasuk mobil hybrid dan listrik (EV). Sebagian besar dana akan disediakan oleh Parlemen Rusia, sementara proyek ini dipimpin oleh Institut Penelitian Ilmiah Pusat untuk Mobil dan Mesin Otomotif (NAMI). NAMI sebelumnya dikenal sebagai pemilik merek Aurus Motors, yang memproduksi limusin mewah untuk Presiden Putin.

Alexey Matushansky, Direktur Departemen Pengembangan Strategis dan Kebijakan Korporasi di Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Rusia, menjelaskan bahwa desain platform modular ini akan menjadi dasar bagi produksi mobil secara mandiri. Platform ini dirancang untuk dapat digunakan dalam pembuatan mobil dari berbagai kelas, mulai dari mobil kompak hingga kelas bisnis. Fokus utama proyek ini adalah memproduksi kendaraan hybrid dan listrik dalam skala besar.

Selain itu, proyek ini juga bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Rusia terhadap produsen mobil asing, yang selama ini mendominasi pasar otomotif di negara tersebut. Dengan mengembangkan platform mobil nasional, Rusia berharap dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kapasitas industri dalam negeri, serta memperkuat kemandirian ekonomi. Pemerintah Rusia juga berencana untuk memperkenalkan kebijakan insentif guna mendorong produksi dan penggunaan kendaraan ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik dan hybrid, sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi emisi karbon dan mempromosikan keberlanjutan di sektor transportasi.

Misi Artemis NASA Ditunda Lagi: Penundaan Kedua Menuju Bulan Hingga 2027

Luar angkasa selalu menjadi daya tarik besar untuk dieksplorasi, mengingat masih banyak misteri yang belum terungkap di sana. Untuk itu, NASA (Lembaga Antariksa Amerika Serikat) meluncurkan proyek Artemis, yang bertujuan untuk mempelajari dan mengumpulkan data dari bulan, satelit alami bumi.

Namun, misi ini kembali mengalami penundaan. NASA mengumumkan jadwal baru untuk misi Artemis yang direncanakan mengirimkan astronot ke bulan. Misi Artemis 2, yang semula dijadwalkan pada Januari tahun ini, kini akan diluncurkan pada April 2026. Sementara itu, Artemis 3 diperkirakan akan diluncurkan pada pertengahan 2027.

Penundaan ini bukan tanpa alasan. Wahana Orion, yang akan membawa astronot ke bulan, mengalami masalah selama pengujian terbang tanpa awak. Pelindung panas dari wahana tersebut terpantau terkikis lebih cepat dari yang diperkirakan. Meskipun kondisi di dalam wahana tetap aman dengan suhu yang terkontrol, NASA memutuskan untuk menunda penerbangan berawak demi menghindari risiko.

Reid Wiseman, salah satu astronot yang akan terlibat dalam misi Artemis 2, menyampaikan rasa terima kasih kepada NASA atas keterbukaan mereka dalam mempertimbangkan segala opsi demi keselamatan astronot.

Misi Artemis 2 akan mengorbit bulan selama sekitar sepuluh hari sebelum kembali ke bumi. Walaupun tidak mendarat, misi ini akan mengumpulkan data penting tentang wahana Orion untuk mempersiapkan misi berikutnya, Artemis 3, yang direncanakan akan mendarat di kutub selatan bulan.

Krisis Femisida di Kenya: Fenomena Tren Global yang Semakin Memprihatinkan, Kata Ahli Cornell

Perempuan-perempuan di Kenya kini turun ke jalan, menyerukan Presiden Ruto untuk menyatakan femisida sebagai krisis nasional, setelah 97 perempuan dibunuh dalam waktu tiga bulan terakhir. Sabrina Karim, profesor pemerintahan yang juga direktur Gender and Security Sector Lab, menjelaskan bahwa meski peningkatan femisida di Kenya mengejutkan, hal ini sejalan dengan tren global yang belum juga mereda.

Karim mengungkapkan bahwa secara global, satu dari tiga perempuan (30%) mengalami kekerasan fisik dan/atau kekerasan seksual oleh pasangan intim atau kekerasan seksual oleh non-pasangan selama hidup mereka. Bahkan, laporan terbaru dari PBB menyatakan bahwa rumah menjadi tempat paling berbahaya bagi perempuan.

Kekerasan terhadap perempuan di Kenya seringkali dikaitkan dengan sikap patriarkal yang sudah mengakar dan ketimpangan ekonomi. Namun, Karim menilai penjelasan tersebut belum sepenuhnya menjelaskan mengapa angka kekerasan terhadap perempuan justru meningkat akhir-akhir ini. Salah satu kemungkinan adalah karena perempuan di Kenya telah meraih kemajuan politik, dengan perempuan kini memegang 23% kursi di parlemen, serta adanya komitmen besar terhadap hak-hak perempuan. Hal ini bisa memicu reaksi balik dari sebagian pria.

Menurut Karim, sebagian pria mungkin merasa cemburu dengan pencapaian yang diraih oleh perempuan, terutama jika mereka melihatnya sebagai permainan yang saling menguntungkan. Mereka merasa bahwa status mereka menurun, baik di dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat secara lebih luas. Beberapa pria kemudian merespons hal ini dengan kekerasan terhadap perempuan, yang mereka anggap sebagai cara untuk mempertahankan status mereka.