Rusia Siapkan Platform Mobil Nasional dengan Investasi $900 Juta, Fokus pada Kendaraan Hybrid dan Listrik

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, negara tersebut mengalami dampak signifikan dari sanksi internasional yang mempengaruhi perekonomiannya. Banyak perusahaan asing, termasuk produsen mobil dari Barat, menghentikan operasinya di Rusia, menyebabkan penurunan tajam dalam penjualan mobil baru. Namun, Rusia kini berusaha bangkit dengan merancang solusi jangka panjang melalui pengembangan platform mobil nasional.

Pemerintah Rusia berencana mengalokasikan hingga $900 juta dalam tiga tahun ke depan untuk proyek ini, yang bertujuan menciptakan platform mobil serbaguna, mampu digunakan untuk berbagai jenis kendaraan, termasuk mobil hybrid dan listrik (EV). Sebagian besar dana akan disediakan oleh Parlemen Rusia, sementara proyek ini dipimpin oleh Institut Penelitian Ilmiah Pusat untuk Mobil dan Mesin Otomotif (NAMI). NAMI sebelumnya dikenal sebagai pemilik merek Aurus Motors, yang memproduksi limusin mewah untuk Presiden Putin.

Alexey Matushansky, Direktur Departemen Pengembangan Strategis dan Kebijakan Korporasi di Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Rusia, menjelaskan bahwa desain platform modular ini akan menjadi dasar bagi produksi mobil secara mandiri. Platform ini dirancang untuk dapat digunakan dalam pembuatan mobil dari berbagai kelas, mulai dari mobil kompak hingga kelas bisnis. Fokus utama proyek ini adalah memproduksi kendaraan hybrid dan listrik dalam skala besar.

Selain itu, proyek ini juga bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Rusia terhadap produsen mobil asing, yang selama ini mendominasi pasar otomotif di negara tersebut. Dengan mengembangkan platform mobil nasional, Rusia berharap dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kapasitas industri dalam negeri, serta memperkuat kemandirian ekonomi. Pemerintah Rusia juga berencana untuk memperkenalkan kebijakan insentif guna mendorong produksi dan penggunaan kendaraan ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik dan hybrid, sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi emisi karbon dan mempromosikan keberlanjutan di sektor transportasi.

Misi Artemis NASA Ditunda Lagi: Penundaan Kedua Menuju Bulan Hingga 2027

Luar angkasa selalu menjadi daya tarik besar untuk dieksplorasi, mengingat masih banyak misteri yang belum terungkap di sana. Untuk itu, NASA (Lembaga Antariksa Amerika Serikat) meluncurkan proyek Artemis, yang bertujuan untuk mempelajari dan mengumpulkan data dari bulan, satelit alami bumi.

Namun, misi ini kembali mengalami penundaan. NASA mengumumkan jadwal baru untuk misi Artemis yang direncanakan mengirimkan astronot ke bulan. Misi Artemis 2, yang semula dijadwalkan pada Januari tahun ini, kini akan diluncurkan pada April 2026. Sementara itu, Artemis 3 diperkirakan akan diluncurkan pada pertengahan 2027.

Penundaan ini bukan tanpa alasan. Wahana Orion, yang akan membawa astronot ke bulan, mengalami masalah selama pengujian terbang tanpa awak. Pelindung panas dari wahana tersebut terpantau terkikis lebih cepat dari yang diperkirakan. Meskipun kondisi di dalam wahana tetap aman dengan suhu yang terkontrol, NASA memutuskan untuk menunda penerbangan berawak demi menghindari risiko.

Reid Wiseman, salah satu astronot yang akan terlibat dalam misi Artemis 2, menyampaikan rasa terima kasih kepada NASA atas keterbukaan mereka dalam mempertimbangkan segala opsi demi keselamatan astronot.

Misi Artemis 2 akan mengorbit bulan selama sekitar sepuluh hari sebelum kembali ke bumi. Walaupun tidak mendarat, misi ini akan mengumpulkan data penting tentang wahana Orion untuk mempersiapkan misi berikutnya, Artemis 3, yang direncanakan akan mendarat di kutub selatan bulan.

Krisis Femisida di Kenya: Fenomena Tren Global yang Semakin Memprihatinkan, Kata Ahli Cornell

Perempuan-perempuan di Kenya kini turun ke jalan, menyerukan Presiden Ruto untuk menyatakan femisida sebagai krisis nasional, setelah 97 perempuan dibunuh dalam waktu tiga bulan terakhir. Sabrina Karim, profesor pemerintahan yang juga direktur Gender and Security Sector Lab, menjelaskan bahwa meski peningkatan femisida di Kenya mengejutkan, hal ini sejalan dengan tren global yang belum juga mereda.

Karim mengungkapkan bahwa secara global, satu dari tiga perempuan (30%) mengalami kekerasan fisik dan/atau kekerasan seksual oleh pasangan intim atau kekerasan seksual oleh non-pasangan selama hidup mereka. Bahkan, laporan terbaru dari PBB menyatakan bahwa rumah menjadi tempat paling berbahaya bagi perempuan.

Kekerasan terhadap perempuan di Kenya seringkali dikaitkan dengan sikap patriarkal yang sudah mengakar dan ketimpangan ekonomi. Namun, Karim menilai penjelasan tersebut belum sepenuhnya menjelaskan mengapa angka kekerasan terhadap perempuan justru meningkat akhir-akhir ini. Salah satu kemungkinan adalah karena perempuan di Kenya telah meraih kemajuan politik, dengan perempuan kini memegang 23% kursi di parlemen, serta adanya komitmen besar terhadap hak-hak perempuan. Hal ini bisa memicu reaksi balik dari sebagian pria.

Menurut Karim, sebagian pria mungkin merasa cemburu dengan pencapaian yang diraih oleh perempuan, terutama jika mereka melihatnya sebagai permainan yang saling menguntungkan. Mereka merasa bahwa status mereka menurun, baik di dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat secara lebih luas. Beberapa pria kemudian merespons hal ini dengan kekerasan terhadap perempuan, yang mereka anggap sebagai cara untuk mempertahankan status mereka.

Penemuan Baru Tentang Kemungkinan Penjelajahan Waktu

Pada 19 Desember 2024, ilmuwan dari Universitas Cambridge mengungkapkan bahwa penjelajahan waktu, yang sebelumnya dianggap sebagai konsep fiksi ilmiah, mungkin suatu hari bisa dilakukan. Penelitian terbaru ini menawarkan pemahaman baru tentang bagaimana hukum fisika, khususnya teori relativitas umum yang dikemukakan oleh Albert Einstein, memungkinkan manusia untuk memanipulasi waktu dalam cara yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Menurut para ilmuwan, kunci untuk membuka kemungkinan perjalanan waktu terletak pada konsep lubang cacing (wormhole), yang diusulkan dalam teori relativitas umum. Lubang cacing adalah semacam “jembatan” yang menghubungkan dua titik berbeda dalam ruang dan waktu, yang jika bisa dikendalikan, bisa memungkinkan seseorang untuk bepergian ke masa lalu atau masa depan. Meskipun ini masih dalam ranah teori, penelitian ini menunjukkan bahwa lubang cacing bisa saja lebih dari sekadar hipotesis.

Salah satu temuan kunci dalam penelitian ini adalah bagaimana gravitasi ekstrem dapat memengaruhi waktu. Para ilmuwan meneliti fenomena waktu melambat yang terjadi dekat dengan objek massal, seperti lubang hitam atau bintang neutron. Dalam eksperimen di luar angkasa, para peneliti menggunakan satelit yang mendekati objek dengan gravitasi tinggi dan mengamati perbedaan waktu yang terjadi. Hasilnya menunjukkan bahwa, dengan teknologi yang tepat, penjelajahan waktu dapat terjadi di masa depan, terutama di luar angkasa.

Walaupun hasil penelitian ini memberi harapan bagi kemungkinan perjalanan waktu, ilmuwan juga mengingatkan tentang tantangan teknis yang sangat besar. Mengendalikan lubang cacing dan mempertahankan kestabilan struktur ruang-waktu memerlukan teknologi yang jauh lebih canggih daripada yang kita miliki saat ini. Bahkan jika penjelajahan waktu menjadi mungkin, ada pula pertanyaan moral dan etis terkait dampaknya terhadap sejarah dan perubahan peristiwa masa lalu.

Penemuan ini mendapatkan reaksi beragam dari komunitas ilmiah. Beberapa ilmuwan optimistis bahwa penjelajahan waktu bisa menjadi kenyataan dalam beberapa dekade mendatang, sementara yang lain tetap skeptis dan menyatakan bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk memverifikasi temuan ini. Penelitian lebih lanjut akan fokus pada eksperimen di ruang angkasa dan pengembangan teknologi untuk mengendalikan waktu yang lebih presisi.

Meskipun masih jauh dari kenyataan, penelitian ini membuka pintu bagi kemungkinan yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Perjalanan waktu mungkin bukan hanya sebuah impian ilmiah, tetapi juga tantangan terbesar dalam fisika modern. Dengan penelitian lebih lanjut, masa depan perjalanan waktu kini tampak sedikit lebih dekat dari yang pernah kita bayangkan.

Meriah! Sekitar Ratusan Orang Ikut Serta Meriahkan Suara Surabaya Economic Forum, Fokus pada Strategi Lokal dan Tren Ekonomi Global

Sekitar 300 peserta menghadiri Suara Surabaya Economic Forum (SSEF) yang berlangsung di The Westin Hotel, Surabaya pada Rabu (18/12/2024). Kegiatan tahunan ini diselenggarakan oleh Suara Surabaya (SS) Media, yang tahun ini bekerja sama dengan BPC HIPMI Surabaya.

CEO Suara Surabaya, Verry Firmansyah, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tema yang diangkat pada forum ini adalah “Economic Dynamic 2025: Global Trends and Local Strategy”. Menurutnya, 2025 akan menjadi tahun penuh tantangan sekaligus peluang. Di tengah ketegangan ekonomi global, penting untuk mengembangkan strategi lokal yang kuat agar dapat bersaing di tingkat internasional.

Verry juga menekankan bahwa Jawa Timur memiliki posisi yang sangat strategis, bahkan hingga kini menjadi pusat ekonomi bagi wilayah Indonesia timur dan salah satu provinsi dengan kontribusi ekonomi terbesar di tanah air. “Jawa Timur memiliki potensi besar untuk terus memimpin dalam iklim usaha yang kompetitif dan sehat,” ujarnya.

Forum ini bertujuan untuk memperkuat kolaborasi dalam menghadapi tantangan ekonomi pada 2025. Menurutnya, dengan dukungan dari pemerintah daerah serta peran aktif para pengusaha, Jawa Timur diharapkan bisa memperkuat posisinya sebagai kekuatan ekonomi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di pasar global.

“Semoga forum ini bisa melahirkan ide-ide cemerlang yang bermanfaat untuk kita semua,” tambahnya.

Beberapa narasumber yang hadir dalam Suara Surabaya Economic Forum (SSEF) kali ini antara lain Muhammad Rachmat Kaimuddin, Deputi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, yang hadir mewakili Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, serta Eri Cahyadi, Wali Kota Surabaya. Selain itu, turut hadir pula tokoh-tokoh terkemuka seperti Gita Wirjawan, pembawa acara Endgame Podcast, Sigit Djokosoetono, Wakil CEO PT. Blue Bird, Rachmat Harsono, CEO PT SAMATOR Indo Gas, Taufik, Wakil Ketua MarkPlus Corp, dan Budiawan Sidik Arifianto, peneliti Litbang Kompas.

Dominasi Asia Pasifik: Tren Penerbangan Global dan Rute Tersibuk Tahun 2024

Rute penerbangan internasional Hong Kong-Taipei kembali menempati posisi sebagai rute tersibuk di dunia, sebagaimana dilaporkan oleh perusahaan intelijen penerbangan OAG. Setelah sebelumnya berada di peringkat teratas pada tahun 2019, rute ini berhasil merebut kembali gelar tersebut meski kapasitas tempat duduknya masih 15% lebih rendah dibandingkan masa sebelum pandemi.

Di posisi ketiga, rute Seoul Incheon-Tokyo Narita mencatat pertumbuhan signifikan dengan kapasitas naik 68% dibandingkan periode pra-pandemi. Menurut John Grant, analis utama OAG, beberapa faktor mendorong peningkatan ini, termasuk lambatnya pemulihan pasar penerbangan internasional China, yang membuat maskapai mengalihkan fokus ke destinasi lain seperti Jepang. Selain itu, kehadiran maskapai baru seperti Eastar dan Air Japan, serta kapasitas penuh di Bandara Haneda, turut memindahkan sebagian besar penerbangan ke Bandara Narita.

Sementara itu, rute Kuala Lumpur-Singapura, yang menjadi rute internasional tersibuk pada tahun 2023, kini berada di peringkat keempat dengan kapasitas tempat duduk turun 3% dibandingkan dengan tahun 2019. Begitu juga rute Bangkok-Hong Kong, yang masih dalam tahap pemulihan dengan kapasitas 13% lebih rendah dari masa pra-pandemi.

Rute New York-JFK ke London-Heathrow menjadi satu-satunya perwakilan rute lintas Atlantik dalam daftar 10 besar, dengan peningkatan kapasitas sebesar 3% dibandingkan tahun lalu, mencapai 4 juta kursi. Sedangkan di Amerika Latin, rute tersibuk menghubungkan Orlando, Florida, ke San Juan, Puerto Rico, dengan total kapasitas 2,3 juta kursi.

Di sisi lain, rute domestik mencatat volume penumpang yang jauh lebih besar dibandingkan rute internasional. Rute paling sibuk di dunia adalah yang menghubungkan Seoul ke Pulau Jeju di Korea Selatan, dengan lebih dari 14,2 juta kursi pada tahun 2024 atau sekitar 39.000 kursi per hari. Meskipun begitu, angka ini masih 19% lebih rendah dibandingkan masa sebelum pandemi.

Wilayah Asia-Pasifik mendominasi rute domestik tersibuk, termasuk rute Hokkaido-Tokyo dan Fukuoka-Tokyo Haneda di Jepang, serta rute Beijing-Shanghai di China dengan kapasitas mencapai 7,7 juta kursi.

Di Arab Saudi, pertumbuhan signifikan terlihat pada rute domestik Jeddah-Riyadh, yang mengalami peningkatan kapasitas sebesar 9% dibandingkan tahun 2019. Di Afrika, rute tersibuk menghubungkan Cape Town dengan Johannesburg, sedangkan di Eropa, rute Barcelona-Pulau Mallorca mencatat kapasitas tertinggi.

Sementara itu, di Amerika Utara, rute domestik tersibuk menghubungkan Atlanta-Orlando di AS dengan hampir 3,5 juta kursi, dan Vancouver-Toronto di Kanada dengan total 3,5 juta kursi.

Dengan berbagai rute yang mulai pulih dan meningkat, industri penerbangan global menunjukkan tren positif meskipun tantangan akibat pandemi masih terasa. Pemulihan ini menjadi sinyal optimisme bagi para pelaku industri penerbangan di seluruh dunia.

Melindungi Perempuan di Zona Konflik: Tantangan dan Peran Hukum Internasional dalam Mewujudkan Keamanan dan Keadilan

Perempuan yang berada dalam zona konflik bersenjata menghadapi berbagai bentuk kekerasan yang tidak hanya ekstrem tetapi juga sangat luas, melebihi dampak langsung dari peperangan itu sendiri. Mereka sering kali menjadi korban perkosaan, kekerasan seksual lainnya, perbudakan seksual, perkawinan paksa, serta berbagai bentuk penyiksaan dan eksploitasi. Kekerasan ini tidak hanya merusak martabat dan hak asasi manusia mereka, tetapi juga menghambat upaya perdamaian dan pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penegakan hukum internasional sangat penting untuk melindungi perempuan dan menjamin tercapainya keadilan serta keamanan di tengah kekacauan yang ditimbulkan oleh perang.

Hukum internasional, khususnya hukum humaniter internasional (IHL) dan hak asasi manusia (HAM), telah menetapkan aturan yang jelas untuk melindungi perempuan dari kekerasan berbasis gender dalam kondisi konflik. Dalam Konvensi Jenewa 1949, Pasal 27, dinyatakan bahwa perempuan harus dilindungi dari segala bentuk serangan terhadap kehormatan mereka, termasuk perkosaan, perbudakan seksual, dan eksploitasi seksual lainnya. Protokol Tambahan II 1977, Pasal 75 Ayat (2), melarang keras kekerasan terhadap warga sipil, termasuk kekerasan seksual, dan menjamin perlindungan korban dalam situasi apapun.

Di samping itu, Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) yang disahkan pada tahun 1979 dan Deklarasi tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan juga berfungsi sebagai instrumen utama yang memberikan dasar hukum bagi perempuan untuk menuntut perlindungan dan keadilan dalam menghadapi kekerasan, terutama dalam konteks konflik. Instrumen-instrumen ini penting untuk memastikan bahwa pelaku pelanggaran hukum internasional bertanggung jawab atas tindakannya dan mencegah terjadinya kekerasan lebih lanjut terhadap perempuan.

Meski demikian, penerapan hukum internasional di lapangan sering kali menghadapi berbagai hambatan serius. Kelemahan kapasitas institusi penegak hukum, kurangnya kemauan politik negara-negara yang terlibat dalam konflik, serta impunitas yang meluas, seringkali menghalangi pencapaian keadilan bagi korban kekerasan seksual. Banyak pelaku kekerasan seksual yang tidak dihukum, sehingga menciptakan siklus kekerasan yang terus berlanjut. Selain itu, perempuan korban kekerasan seksual sering kali kesulitan untuk mengakses keadilan, baik melalui jalur peradilan domestik maupun internasional, akibat stigma sosial, ketakutan akan balas dendam, dan kurangnya dukungan dari komunitas.

Karena itu, penegakan hukum internasional membutuhkan pendekatan yang holistik dan terintegrasi. Pertama, negara-negara anggota harus menunjukkan komitmen politik yang kuat untuk meratifikasi dan mengimplementasikan instrumen hukum internasional yang relevan. Sekadar meratifikasi tidaklah cukup; negara-negara harus memastikan mekanisme yang efektif untuk menyelidiki, mengadili, dan menghukum para pelaku kekerasan terhadap perempuan. Hal ini termasuk membangun kapasitas lembaga penegak hukum, memberikan pelatihan yang memadai kepada aparat penegak hukum dan petugas medis, serta memastikan akses yang mudah bagi korban untuk memperoleh keadilan dan dukungan.

Kedua, pengadilan internasional dan mekanisme peradilan hibrida memiliki peran krusial dalam menuntut pertanggungjawaban atas pelanggaran hak asasi manusia yang serius. Pengadilan Pidana Internasional (ICC), meskipun memiliki jurisdiksi terbatas, telah mengadili sejumlah kasus kejahatan perang, termasuk kekerasan seksual. Selain itu, pengadilan khusus atau mekanisme peradilan transisional dapat digunakan untuk mengadili pelanggaran di negara tertentu. Namun, akses ke pengadilan tersebut masih terbatas, dan proses peradilannya bisa sangat panjang.

Ketiga, diperlukan peningkatan kerjasama internasional untuk memperkuat upaya pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan di zona konflik. Kerjasama ini mencakup pertukaran informasi, pengembangan kapasitas, serta penyediaan dukungan teknis dan keuangan bagi negara-negara yang membutuhkan. Organisasi internasional seperti PBB memegang peran penting dalam memfasilitasi kerjasama ini dan dalam mendorong negara-negara untuk memenuhi kewajiban hukum internasional mereka. Keterlibatan organisasi masyarakat sipil juga penting, karena mereka memiliki pengalaman dalam memberikan dukungan kepada korban dan dalam advokasi kebijakan yang dapat mengubah situasi.

Keempat, perubahan budaya dan sosial sangat penting untuk mengatasi akar penyebab kekerasan terhadap perempuan. Masyarakat perlu diajak untuk mengubah norma-norma sosial yang menormalisasi kekerasan terhadap perempuan dan meningkatkan pemahaman tentang pentingnya perlindungan terhadap hak-hak perempuan. Pendidikan, kampanye kesadaran publik, dan keterlibatan tokoh masyarakat dan agama memainkan peran penting dalam mendorong perubahan sikap dan perilaku.

Sebagai kesimpulan, meskipun hukum internasional memberikan landasan hukum yang jelas untuk melindungi perempuan dalam zona konflik, implementasinya memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan komprehensif. Tanpa adanya komitmen politik yang kuat, kapasitas lembaga penegak hukum yang memadai, kerjasama internasional yang erat, serta perubahan sosial yang mendalam, keadilan dan perlindungan bagi perempuan di zona konflik akan tetap menjadi tantangan besar. Melindungi perempuan adalah kewajiban moral dan hukum komunitas internasional, dan kegagalan untuk melindungi mereka adalah kegagalan kemanusiaan yang berdampak pada perdamaian, keamanan, dan pembangunan berkelanjutan.

Negara China Merilis Laporan Terkini Mengenai Kemajuan Rekayasa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Global!

Pada Rabu (18/12), Akademi Teknik China (Chinese Academy of Engineering/CAE) merilis laporan terbaru yang membahas perkembangan mutakhir di bidang rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara global. Laporan ini memberikan analisis tentang tren serta karakteristik yang mencirikan kemajuan dalam bidang tersebut.

Laporan tahunan yang diberi judul “Engineering Fronts in 2024” memetakan 92 bidang utama dalam penelitian rekayasa serta 92 bidang unggulan dalam pengembangan rekayasa. Selain itu, laporan ini menyajikan analisis mendalam terhadap 27 topik penelitian paling signifikan dan 27 bidang pengembangan unggulan.

Dokumen ini menunjukkan bahwa pada tahun 2024, bidang-bidang unggulan dalam rekayasa global cenderung berkembang ke arah yang sangat mikroskopis, ekstrem, dan presisi tinggi, serta mengutamakan integrasi lintas disiplin ilmu.

Kemajuan pesat di teknologi mutakhir, seperti cip, biomedis, dan fisika kuantum, mendorong inovasi yang berdampak luas pada ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri di seluruh dunia.

Di sektor manufaktur, energi, dan material, perkembangan teknologi telah menghasilkan material dengan karakteristik unggul, seperti ketahanan terhadap bencana, suhu ekstrem, dan korosi, yang memberikan keandalan lebih tinggi untuk operasional dalam kondisi ekstrem.

Kemajuan lainnya mencakup teknologi navigasi satelit dengan pemosisian presisi tinggi serta kontrol robotik berpresisi tinggi yang membuka peluang baru, baik dalam produksi industri maupun kehidupan sehari-hari.

Integrasi lintas disiplin ilmu juga terus berkembang, mendorong inovasi yang lebih dalam dan membuka jalan baru bagi penggabungan teknologi dengan industri global, seperti yang diungkapkan oleh akademisi CAE, Yang Baofeng.

Tren Global yang Membentuk Masa Depan Pendidikan di Indonesia

Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumami, memaparkan sejumlah tren global yang berpengaruh signifikan terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Dalam acara peluncuran Pemetaan Kebutuhan SDM (Bidang Keahlian) dan Pusat Keunggulan untuk Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Selasa, Amich menyoroti pentingnya respons proaktif untuk menghadapi berbagai tantangan global tersebut.

1. Dinamika Demografi Global
Perubahan populasi dunia menjadi tren utama yang perlu diantisipasi. Negara-negara maju tengah menghadapi penuaan penduduk dan penurunan angka kelahiran, sementara Indonesia memiliki populasi besar yang menjadi potensi kekuatan ekonomi di masa depan.
“Proyeksi menunjukkan bahwa pada 2045 atau 2050, populasi dunia akan mencapai sedikit di atas 9 miliar jiwa, dengan Asia sebagai penyangga utama. Namun, populasi ini juga akan mengalami proses penuaan,” ujar Amich.

Untuk itu, diperlukan strategi pendidikan yang menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas tinggi, dengan penguasaan keilmuan yang relevan dan mampu menjawab tantangan zaman.

2. Urbanisasi Global
Urbanisasi terus meningkat secara global, dengan 68% populasi dunia diproyeksikan tinggal di kawasan perkotaan pada masa depan. Pertumbuhan pesat di negara berkembang, termasuk Indonesia, akan mengubah struktur desa menjadi kota metropolitan hingga megapolitan.

“Desa yang berkembang akan memunculkan generasi terdidik yang lebih memilih pekerjaan di kota, mengikuti arus urbanisasi dan perubahan struktur desa-kota,” jelasnya.
Percepatan urbanisasi ini menuntut peningkatan layanan pendidikan, khususnya di daerah perkotaan, untuk menjamin kualitas pendidikan yang setara bagi semua lapisan masyarakat.

3. Perubahan Iklim dan Lingkungan
Amich juga menyoroti dampak perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan hilangnya keanekaragaman hayati yang tak terhindarkan. Pendidikan lingkungan menjadi salah satu strategi penting untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keberlanjutan sumber daya alam.

“Kampanye literasi lingkungan, terutama tentang perubahan iklim, harus menjadi bagian integral dari sistem pendidikan,” tambahnya.

4. Transformasi Teknologi dalam Pendidikan
Kemajuan teknologi digital menawarkan peluang besar dalam pendidikan, namun juga membawa tantangan seperti kecanduan internet, penyebaran informasi palsu, hingga kejahatan siber. Untuk itu, Amich menegaskan perlunya penerapan teknologi berbasis pendidikan, seperti Massive Open Online Courses (MOOC), guna meningkatkan aksesibilitas pembelajaran.

“Platform digital memungkinkan pembelajaran fleksibel yang tidak mengurangi kualitas dibandingkan metode konvensional, asalkan peserta belajar secara tekun dan penuh semangat,” ujarnya.

5. Perubahan Lanskap Dunia Kerja
Kemajuan teknologi juga telah mengubah lanskap dunia kerja. Di Indonesia, lebih dari 10% pekerjaan telah tergantikan oleh mesin, khususnya di sektor operator, pekerja keterampilan dasar, dan pertanian terampil. Namun, peluang baru muncul di sektor konstruksi, transportasi, pariwisata, dan ritel, yang diperkirakan menyerap 62% tenaga kerja baru.

Amich menekankan pentingnya lembaga pendidikan, terutama perguruan tinggi, untuk mencetak lulusan yang adaptif, memiliki transformative competencies dan transferable skills.
“Lulusan harus mampu beradaptasi dengan perubahan industri yang cepat dan siap berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain sesuai kebutuhan,” tuturnya.

Menjawab Tantangan Masa Depan

Dengan memahami dan merespons tren global ini, Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan SDM unggul yang mampu bersaing di tingkat internasional. Kualitas pendidikan yang tinggi, layanan berbasis teknologi, dan keterampilan adaptif menjadi kunci dalam menghadapi dinamika perubahan global yang semakin kompleks.

Deep Learning Untuk Masa Depan Teknologi: FT-EIC ITS Selenggarakan Workshop Internasional

Pada 18 Desember 2024, Fakultas Teknik Elektro dan Informatika (FT-EIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengadakan workshop internasional yang membahas penerapan teknologi deep learning untuk masa depan teknologi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep dan potensi besar yang dimiliki oleh deep learning dalam berbagai bidang, mulai dari kecerdasan buatan (AI) hingga analisis data besar (big data). Workshop ini diikuti oleh akademisi, profesional, dan mahasiswa dari berbagai negara yang tertarik dengan kemajuan teknologi ini.

Deep learning, yang merupakan cabang dari kecerdasan buatan, memainkan peran penting dalam pengembangan teknologi masa depan. Dengan menggunakan algoritma berbasis jaringan saraf tiruan yang kompleks, deep learning dapat membantu dalam memecahkan masalah yang sebelumnya sulit atau bahkan tidak bisa dipecahkan, seperti pengenalan gambar, pemrosesan bahasa alami, dan prediksi data. Dalam workshop ini, para peserta mendapatkan pemahaman mendalam mengenai konsep dasar dan penerapan teknologi ini dalam berbagai sektor industri, termasuk kesehatan, transportasi, dan keamanan.

Workshop ini menghadirkan pembicara-pembicara internasional yang ahli di bidangnya. Mereka berbagi pengalaman dan penelitian terbaru tentang bagaimana deep learning dapat diterapkan untuk meningkatkan kinerja sistem dan mengatasi tantangan besar dalam dunia teknologi. Selain itu, para pembicara juga memberikan wawasan tentang perkembangan terkini di bidang neural networks, serta dampaknya terhadap industri-industri besar seperti otomotif, teknologi informasi, dan perbankan.

Salah satu fokus utama workshop ini adalah menunjukkan penerapan praktis dari deep learning dalam berbagai bidang. Para peserta diberikan contoh kasus penggunaan nyata, seperti pengembangan sistem otonom untuk mobil, peningkatan kemampuan asisten virtual, dan aplikasi dalam analisis citra medis. Workshop ini menekankan pentingnya kolaborasi antara dunia akademik dan industri untuk mengakselerasi penerapan deep learning dalam dunia nyata, yang diyakini akan membawa perubahan besar bagi masa depan teknologi.

Melalui workshop ini, ITS berharap dapat membuka peluang kolaborasi antara para peneliti, akademisi, dan praktisi di berbagai bidang. Dengan memanfaatkan deep learning, teknologi-teknologi inovatif di masa depan dapat dikembangkan untuk memberikan solusi terhadap tantangan global yang dihadapi saat ini. Selain itu, workshop ini juga menjadi ajang bagi peserta untuk memperluas jejaring dan bertukar ide, yang dapat mempercepat adopsi teknologi baru di berbagai sektor.

Workshop internasional yang diselenggarakan oleh FT-EIC ITS ini membuktikan pentingnya deep learning dalam membentuk masa depan teknologi. Dengan semakin berkembangnya aplikasi deep learning, teknologi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam penyelesaian berbagai masalah global. Melalui kegiatan ini, ITS berkomitmen untuk terus mendorong riset, kolaborasi, dan inovasi di bidang teknologi informasi yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.