Ketegangan di Laut Merah: AS Beri Peringatan kepada Rusia terkait Serangan Houthi

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, memberitahu Menlu Rusia, Sergei Lavrov, tentang operasi militer yang dilakukan AS terhadap kelompok Houthi di Yaman. Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa serangan terhadap kelompok yang didukung Iran itu merupakan langkah pencegahan untuk melindungi kapal-kapal militer dan komersial Amerika yang berlayar di Laut Merah. Juru bicara Deplu AS, Tammy Bruce, menegaskan bahwa Washington tidak akan mentoleransi serangan Houthi yang terus berlanjut di jalur perdagangan strategis tersebut.

Selain membahas tindakan militer AS, kedua menteri juga mendiskusikan langkah-langkah lanjutan setelah pertemuan mereka di Arab Saudi. Mereka sepakat untuk terus menjaga komunikasi antara Washington dan Moskow guna menghindari eskalasi ketegangan lebih lanjut.

AS baru-baru ini melancarkan serangan udara ke Yaman yang menargetkan kelompok Houthi, menyebabkan sedikitnya 19 korban jiwa. Presiden AS, Donald Trump, memperingatkan bahwa tindakan lebih lanjut akan diambil jika kelompok tersebut tetap menyerang kapal-kapal dagang di Laut Merah. Sejak akhir 2023, Houthi telah melancarkan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal yang dikaitkan dengan Israel, sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Houthi sempat menghentikan serangannya ketika gencatan senjata antara Israel dan Hamas diumumkan. Namun, setelah Israel kembali memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza pada 2 Maret, kelompok tersebut mengancam akan melanjutkan aksinya, meningkatkan risiko ketidakstabilan di kawasan.

Palestina Desak PBB Hentikan Blokade Israel yang Sebabkan Kelaparan di Gaza

Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk seiring dengan berlanjutnya blokade yang diterapkan oleh Israel. Warga Palestina menghadapi kesulitan ekstrem dalam memperoleh kebutuhan dasar, sementara fasilitas kesehatan di wilayah tersebut semakin kewalahan akibat terbatasnya pasokan medis dan tenaga medis yang terus berkurang. Banyak rumah sakit dilaporkan tidak dapat beroperasi dengan maksimal karena kurangnya listrik dan bahan bakar untuk menjalankan peralatan medis.

Pemerintah Palestina menyoroti bagaimana blokade ini tidak hanya berdampak pada kebutuhan pokok, tetapi juga mengancam keselamatan ribuan anak-anak dan perempuan yang menjadi kelompok paling rentan dalam konflik ini. Organisasi kemanusiaan yang berusaha menyalurkan bantuan ke Gaza menghadapi berbagai kendala akibat ketatnya pembatasan yang diberlakukan Israel.

Sementara itu, berbagai negara dan lembaga internasional telah menyuarakan keprihatinan mereka terhadap krisis yang terjadi. PBB dan beberapa organisasi kemanusiaan mendesak Israel untuk membuka jalur bantuan dan memberikan akses bagi lembaga medis guna mengurangi penderitaan warga Gaza. Namun, hingga saat ini, belum ada langkah nyata yang diambil untuk mengakhiri blokade tersebut.

Dengan semakin mendesaknya situasi, Palestina terus meminta komunitas internasional untuk menekan Israel agar menghormati hukum humaniter internasional dan mengizinkan distribusi bantuan tanpa hambatan. Mereka juga mengingatkan bahwa jika kondisi ini terus berlanjut, dampak jangka panjangnya dapat semakin memperburuk stabilitas di kawasan dan mengancam kehidupan lebih banyak warga sipil yang tidak bersalah.

AS Peringatkan Rusia Terkait Serangan Militer terhadap Houthi di Yaman

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, memberi tahu Menlu Rusia, Sergei Lavrov, mengenai operasi militer yang dilakukan AS terhadap kelompok Houthi di Yaman. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menyatakan bahwa Rubio menegaskan serangan kelompok yang didukung Iran tersebut terhadap kapal-kapal militer dan komersial AS di Laut Merah tidak akan dibiarkan begitu saja.

Dalam percakapan tersebut, kedua menlu juga membahas langkah-langkah lanjutan setelah pertemuan mereka di Arab Saudi. Keduanya sepakat untuk terus berupaya memulihkan komunikasi antara Washington dan Moskow guna menghindari eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut.

Militer AS baru-baru ini melancarkan serangan udara ke posisi kelompok Houthi di Yaman, menewaskan sedikitnya 19 orang. Presiden AS, Donald Trump, memperingatkan bahwa serangan lanjutan akan dilakukan jika Houthi terus menyerang kapal-kapal dagang di Laut Merah. Kelompok Houthi sendiri telah menyerang kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel sejak akhir 2023 menggunakan rudal dan pesawat nirawak. Serangan ini mereka klaim sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.

Kelompok Houthi sempat menghentikan serangannya ketika gencatan senjata antara Israel dan Hamas diumumkan. Namun, mereka kembali mengancam akan melanjutkan serangan jika Israel tetap memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza pada 2 Maret. Situasi ini meningkatkan ketegangan di kawasan dan berpotensi memperumit hubungan internasional antara negara-negara yang terlibat.

BBTF 2025: KJRI Sydney Perkuat Promosi Pariwisata Indonesia ke Australia

Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sydney mengadakan Working Luncheon sebagai bagian dari upaya mempromosikan ajang Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) 2025. Dalam acara yang berlangsung pada Kamis lalu, Konsul Jenderal RI di Sydney, Vedi Kurnia Buana, menyampaikan apresiasi kepada para agen perjalanan atas kontribusi mereka dalam memasarkan destinasi wisata di Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya kehadiran operator tur dan agen perjalanan dalam BBTF 2025, yang dirancang dalam format Business-to-Business (B2B) dan diproyeksikan menghadirkan sekitar 450 pembeli dari 45 negara serta 300 penjual dari industri pariwisata terbaik di Indonesia.

KJRI Sydney berharap acara ini dapat memperkuat kerja sama antara sektor pariwisata Indonesia dan Australia serta menarik lebih banyak agen perjalanan untuk berpartisipasi dalam BBTF 2025. Working Luncheon ini dihadiri oleh 13 operator tur dan agen perjalanan yang menjadi mitra maskapai Garuda Indonesia di wilayah New South Wales (NSW), yang berpotensi menjadi pembeli dalam ajang tersebut. Ketua Komite BBTF 2025, I Putu Winanstra, dan Koordinator Buyer BBTF 2025, Ketut Ardana, juga turut serta secara hybrid dari Bali untuk memberikan pemaparan mengenai konsep dan peluang yang ditawarkan dalam pameran tersebut.

Pihak penyelenggara menyoroti berbagai keuntungan yang bisa didapatkan dalam BBTF 2025, termasuk akses eksklusif ke jaringan internasional, peluang kemitraan strategis, serta wawasan mengenai tren global dalam industri pariwisata. Dalam sesi diskusi, para agen perjalanan berbagi pengalaman terkait paket wisata yang diminati wisatawan Australia. Saat ini, tren menunjukkan peningkatan minat terhadap destinasi “Beyond Bali”, seperti wisata budaya ke Yogyakarta dan wisata selam ke Raja Ampat. Hal ini mencerminkan semakin berkembangnya minat wisatawan Australia terhadap pariwisata Indonesia, yang kini tak lagi hanya terfokus pada Bali, tetapi juga merambah ke berbagai destinasi unggulan lainnya.

Fawcett yang Hilang: Perjalanan Mencari Kota Mitos yang Menggugah

Percy Fawcett, seorang ahli geografi, perwira artileri, dan arkeolog asal Inggris, dikenal sebagai salah satu penjelajah paling berani pada abad ke-20. Ia terlibat dalam berbagai ekspedisi ke hutan Amazon, namun namanya semakin dikenal setelah ia menghilang tanpa jejak pada 1925 saat mencari kota legendaris yang dikenal dengan nama “Kota Z”. Kepergiannya yang penuh misteri telah memicu spekulasi dan pencarian besar-besaran yang berlanjut selama beberapa dekade.

Eksplorasi dan Teori Kota Hilang

Fawcett mulai menjelajahi hutan Amazon sejak awal abad ke-20, khususnya wilayah Brasil dan Bolivia. Sejak 1906, ia melakukan serangkaian ekspedisi kartografi dan arkeologi, yang membuatnya mengenal dengan baik kondisi medan yang belum banyak dijelajahi. Salah satu teori penting yang ia rumuskan selama perjalanan tersebut adalah keberadaan Kota Z, sebuah peradaban besar yang ia yakini terletak di pedalaman Brasil, tepatnya di sekitar wilayah Matto Grosso.

Ia menemukan bukti-bukti yang memperkuat teori ini, termasuk pecahan tembikar dan berbagai artefak lainnya yang menunjukkan adanya pemukiman besar di tengah hutan Amazon. Fawcett bahkan menyatakan keyakinannya bahwa suku-suku asli yang ia temui selama ekspedisi memiliki budaya dan peradaban yang jauh lebih maju daripada yang diperkirakan banyak orang pada zaman itu.

Misi Pencarian Kota Z

Pada awal 1920-an, Fawcett memulai pencarian untuk menemukan Kota Z yang legendaris. Namun, perjalanan tersebut penuh dengan tantangan, termasuk cuaca buruk, demam tropis, dan kekurangan dana. Meskipun demikian, setelah bertahun-tahun berkampanye, Fawcett akhirnya berhasil mengumpulkan dana untuk ekspedisi ketiga pada tahun 1925, kali ini bersama anak laki-lakinya, Jack, dan sahabat Jack, Raleigh Rimmell.

Perjalanan mereka menuju hutan Amazon dimulai pada 20 April 1925, dengan segala tantangan yang dihadapi, mulai dari serangan piranha, anakonda, hingga nyamuk yang membawa penyakit. Meski dalam kondisi fisik yang tidak muda lagi, Fawcett tetap memiliki semangat yang tinggi dan menetapkan perjalanan harian 16 hingga 24 kilometer per hari. Namun, di tengah perjalanan, Jack dan Rimmell kesulitan mengikuti jejaknya, dan Fawcett pun sering kali melanjutkan perjalanan sendirian.

Kehilangan yang Mengguncang Dunia

Setelah berpisah dengan pemandu asli pada 29 Mei 1925, Fawcett, Jack, dan Rimmell menghilang tanpa meninggalkan jejak. Meskipun sebelumnya Fawcett sempat memberi pesan kepada istrinya, Nina, bahwa mereka dalam kondisi sehat, dua tahun kemudian tidak ada kabar yang datang. Spekulasi pun bermunculan mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada ketiganya. Beberapa teori mengatakan mereka telah dibunuh oleh suku asli, sementara yang lain menganggap mereka sengaja menghilang untuk membangun kehidupan baru di hutan.

Pada 1928, ekspedisi pencarian pertama dimulai, namun tidak membuahkan hasil yang jelas. Selama bertahun-tahun, banyak penjelajah lain yang mencoba menelusuri jejak Fawcett, namun banyak di antaranya yang juga menghilang atau kehilangan nyawa.

Penemuan dan Warisan Fawcett

Misteri Fawcett tidak berakhir dengan pencariannya yang gagal. Pada 2005, jurnalis David Grann melakukan perjalanan ke Amazon dan menemukan bahwa suku Kalapalo memiliki cerita lisan tentang pertemuan mereka dengan Fawcett. Mereka mengklaim bahwa Fawcett mengabaikan peringatan dan memasuki wilayah yang berbahaya, yang akhirnya menyebabkan kematiannya.

Namun, temuan terbaru menunjukkan bahwa Fawcett mungkin benar dalam teorinya tentang peradaban kuno di Amazon. Antropolog Michael Heckenberger menemukan situs arkeologi di Mato Grosso yang menunjukkan adanya peradaban besar yang pernah ada di sana, yang mendekati gambaran Kota Z yang digambarkan oleh Fawcett. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa Amazon memang merupakan rumah bagi peradaban maju yang belum banyak diketahui orang.

Perjalanan Fawcett telah menginspirasi banyak penjelajah dan bahkan penulis terkenal seperti Sir Arthur Conan Doyle, yang menciptakan karya fiksi The Lost World, yang kemudian difilmkan dalam The Lost City of Z. Meskipun keberadaan Kota Z mungkin masih menjadi misteri, warisan Fawcett tetap hidup, mengingatkan kita akan daya tarik tak terbatas dari penjelajahan dan pencarian akan kebenaran yang tersembunyi di dunia yang belum sepenuhnya terungkap.

Tegang! Korut Ingatkan Korsel, Satu Kesalahan Lagi Bisa Berujung Perang

Korea Utara kembali melontarkan kecaman keras terhadap latihan militer gabungan yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan. Latihan yang dimulai pada Senin (10/3/2025) ini disebut oleh Pyongyang sebagai tindakan provokatif yang berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan Semenanjung Korea. Dalam pernyataan yang diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri Korea Utara, mereka menegaskan bahwa latihan militer ini dapat memicu konflik besar hanya dengan satu tembakan yang tidak disengaja.

“Latihan ini adalah tindakan provokatif yang berbahaya dan bisa menciptakan ketegangan akut di Semenanjung Korea. Hal ini dapat berujung pada konflik fisik antara kedua belah pihak hanya karena satu insiden kecil,” bunyi pernyataan resmi yang dikutip oleh media pemerintah Korea Utara.

Insiden Bom yang Memperburuk Ketegangan

Kecaman Korea Utara muncul beberapa hari setelah terjadinya insiden tak terduga pada 6 Maret 2025. Dua jet tempur dari Angkatan Udara Korea Selatan secara tidak sengaja menjatuhkan delapan bom di sebuah desa yang terletak di wilayah tersebut, saat sedang menjalani latihan bersama pasukan militer Amerika.

Akibat insiden tersebut, 15 orang—termasuk warga sipil dan personel militer—mengalami luka-luka, sebagaimana dilaporkan oleh Badan Pemadam Kebakaran Nasional Korea Selatan. Insiden ini semakin memperburuk situasi yang sudah tegang akibat latihan gabungan yang berlangsung dalam rangka Freedom Shield 2025, yang melibatkan berbagai jenis latihan, mulai dari simulasi virtual hingga pelatihan lapangan.

Latihan yang Dinilai sebagai Persiapan Invasi

Latihan militer yang bertajuk Freedom Shield 2025 dijadwalkan berlangsung hingga 21 Maret 2025. Selama periode tersebut, Seoul dan Washington akan melakukan serangkaian kegiatan yang dianggap Korea Utara sebagai upaya persiapan invasi. Pyongyang telah lama mengkritik kerja sama militer antara Korea Selatan dan Amerika Serikat. Mereka menilai hal ini sebagai ancaman serius terhadap kedaulatan Korea Utara.

Sebagai respons atas latihan ini, Korea Utara kerap melakukan uji coba rudal balistik, yang pada tahun lalu sempat memicu kecaman internasional karena melanggar sanksi yang diterapkan oleh PBB.

Ketegangan yang Terus Meningkat

Hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah serangkaian peluncuran rudal balistik oleh Pyongyang pada tahun 2024. Tindakan tersebut dianggap sebagai bentuk unjuk kekuatan di tengah meningkatnya tekanan internasional.

Selain itu, meskipun Perang Korea berakhir pada 1953 dengan gencatan senjata, kedua negara tersebut secara teknis masih berada dalam kondisi perang karena belum ada perjanjian damai resmi. Kehadiran puluhan ribu tentara Amerika di Korea Selatan juga terus menjadi sumber ketegangan dengan Korea Utara.

Dalam pernyataan terbaru, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyebutkan bahwa latihan Freedom Shield 2025 adalah “latihan perang agresif dan konfrontatif” yang hanya memperburuk kondisi yang sudah tegang. Sebelumnya, Pyongyang juga mengecam keras kehadiran kapal induk Angkatan Laut AS yang berlabuh di pelabuhan Busan, Korea Selatan, menganggapnya sebagai bentuk provokasi baik secara politik maupun militer.

Dengan ketegangan yang semakin memuncak, banyak pihak yang khawatir akan potensi eskalasi yang dapat berujung pada konflik berskala besar di kawasan tersebut. Dunia internasional kini tengah memantau dengan cermat setiap langkah yang diambil oleh kedua belah pihak di Semenanjung Korea.

Hamas Lanjutkan Negosiasi Gencatan Senjata di Gaza, Israel Enggan Kompromi

Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, kembali melanjutkan pembicaraan dengan mediator di Doha, Qatar, untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Israel. Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, menyatakan bahwa pihaknya mengikuti perundingan dengan sikap yang positif dan bertanggung jawab, bertujuan mengakhiri perang, menarik pasukan Israel, serta membangun kembali Gaza yang hancur akibat konflik berkepanjangan.

Sumber dari media Israel melaporkan bahwa negosiasi berlangsung dalam suasana optimis. Bahkan, tim perunding Israel di Doha memperpanjang masa tinggal mereka guna melanjutkan pembahasan terkait kesepakatan Gaza. Utusan Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Namun, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak inisiatif gencatan senjata tahap kedua, memilih untuk mempertahankan kebijakan yang telah diterapkan sebelumnya.

Israel terus melakukan tekanan terhadap Hamas dengan memutus pasokan listrik dan menghambat masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, demi memaksa kelompok tersebut menerima syarat-syarat mereka. Namun, Hamas tetap menolak bernegosiasi dalam kondisi demikian dan menuntut Israel agar menghormati perjanjian yang telah dibuat, termasuk penarikan penuh pasukan dari Gaza serta penghentian total agresi militer.

Sebelumnya, kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang berlaku pada Januari sempat menghentikan sementara serangan Israel. Namun, pertempuran kembali berlanjut, menyebabkan korban jiwa terus bertambah. Lebih dari 48.500 warga Gaza telah tewas, mayoritas di antaranya perempuan dan anak-anak.

Sementara itu, Israel menghadapi tekanan hukum internasional. Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Selain itu, Israel juga digugat atas tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait aksi militernya di Gaza.

Inovasi Tiada Henti! TREN Rilis Produk Anyar GT-2

PT. TREN Global Teknologi baru saja sukses menggelar acara bertajuk “Special Grand TREN Opportunity Presentation” yang dihadiri oleh ratusan peserta. Keberhasilan acara ini tak hanya terlihat dari banyaknya peserta yang datang, tetapi juga dari semangat dan antusiasme yang tampak selama acara berlangsung. Bahkan, acara ini melampaui kapasitas ruang yang tersedia, memaksa banyak tamu untuk berdiri dan duduk di lantai ballroom hotel tempat acara diadakan.

Acara yang digelar bertujuan untuk memberikan edukasi dan pemahaman mengenai pesatnya kemajuan teknologi serta berbagai peluang bisnis yang ada, terutama di bidang internet yang saat ini tengah berkembang pesat. Dengan meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia dari berbagai kalangan, kesempatan untuk membuka bisnis dengan pasar yang sangat luas semakin potensial.

TREN, perusahaan teknologi yang dikenal sebagai penyedia modem internet dengan sistem penjualan langsung, memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk mengubah pengeluaran internet mereka menjadi pendapatan yang signifikan.

Acara ini menampilkan dua tokoh penting yang sangat dinantikan oleh para peserta. Drg. Eko Kurniawan Putra, TREN Presidential, serta CEO dan Founder TREN, Martin Carter, memberikan pemaparan mendalam mengenai peluang bisnis yang ditawarkan TREN. Kehadiran mereka tidak hanya menambah daya tarik acara, tetapi juga membuat para tamu rela berdiri selama 3 jam penuh untuk mengikuti sesi presentasi dari awal hingga akhir.

Tidak hanya berbagi informasi seputar peluang bisnis, TREN juga memperkenalkan produk terbarunya, yaitu TREN Mobile GT-2. Modem multifungsi yang telah lama dinantikan oleh pengguna internet di seluruh Indonesia ini mendapat sambutan yang luar biasa. Antusiasme peserta sangat terlihat saat modem ini dapat langsung dibeli di akhir acara, dengan banyak tamu yang berebut untuk mendapatkan produk terbaru tersebut.

Allia Rosa, Komisaris dan Co-Founder TREN, juga turut hadir dan memberikan komentar mengenai acara ini. “Luar biasa antusiasme para tamu. Ini pertama kalinya dalam sejarah 4 tahun TREN berdiri dan mengadakan acara, para tamu sampai berdiri-berdiri untuk mengikuti paparan bisnis kami. Hal ini memberi semangat luar biasa bagi perusahaan kami untuk memulai tahun 2025 dengan penuh optimisme,” ungkap Allia Rosa.

Meskipun jumlah peserta yang sangat banyak, acara ini tetap berlangsung dengan aman dan tertib. Para tamu tetap fokus mengikuti seluruh rangkaian acara dengan semangat yang tinggi. Keberhasilan acara ini menjadi awal yang sangat positif bagi TREN Global Teknologi untuk terus berkembang dan menghadirkan inovasi-inovasi terbaru di dunia teknologi.

Dengan kesuksesan acara ini, TREN Global Teknologi semakin memperlihatkan komitmennya untuk memberikan peluang bisnis yang besar, terutama dalam mengoptimalkan pemanfaatan internet di Indonesia. Para peserta yang hadir kini semakin yakin bahwa bergabung dengan TREN adalah langkah yang tepat untuk meraih sukses di era digital yang semakin berkembang pesat.

Serangan Brutal di Kereta Pakistan, Penumpang Ditembaki dan Disandera

Kelompok bersenjata melancarkan serangan terhadap sebuah kereta penumpang di Provinsi Balochistan, Pakistan barat daya, pada Selasa (11/3). Insiden ini menyebabkan sejumlah orang terluka dan banyak penumpang disandera. Jaffar Express, yang membawa lebih dari 450 penumpang, tengah melakukan perjalanan dari Quetta ke Peshawar ketika kelompok militan menyerang di wilayah Distrik Kacchi. Menurut Muhammad Kashif, pejabat senior Pakistan Railways, pihaknya telah mengirim kereta bantuan darurat ke lokasi, sementara beberapa kereta lain di jalur tersebut dihentikan sebagai langkah pencegahan.

Seorang pejabat keamanan menyebutkan bahwa pasukan telah menghambat pergerakan kereta bantuan karena situasi yang terus berubah. Lokasi serangan yang berada di daerah perbukitan terpencil membuat upaya penyelamatan menjadi sulit, terutama karena minimnya jaringan komunikasi. Kontak terakhir dengan masinis mengungkapkan bahwa ledakan menghantam rel, memaksa kereta berhenti sebelum para penyerang melepaskan tembakan bertubi-tubi, melukai masinis dan beberapa penumpang.

Kereta tersebut meninggalkan Quetta sekitar pukul 09.00 waktu setempat sebelum akhirnya ditembaki oleh enam pria bersenjata. Shahid Rind, juru bicara pemerintah Balochistan, menyatakan bahwa lembaga keamanan sedang menyelidiki serangan ini dan tidak menutup kemungkinan adanya keterkaitan dengan aksi terorisme. Saat ini, operasi besar-besaran dilakukan guna memastikan keselamatan seluruh penumpang.

Sebagai respons atas insiden ini, pasukan keamanan dan tim medis segera dikerahkan ke lokasi. Waseem Baig dari Kementerian Kesehatan Balochistan mengumumkan keadaan darurat di rumah sakit Quetta dan beberapa distrik lainnya. Seluruh tenaga medis telah diminta bersiaga untuk menangani korban.

Menteri Dalam Negeri Pakistan, Mohsin Naqvi, mengutuk serangan ini dan menegaskan bahwa para pelaku tidak layak mendapatkan belas kasihan. Sementara itu, kelompok militan Tentara Pembebasan Balochistan (BLA) mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini melalui media sosial, meskipun otoritas Pakistan belum memberikan konfirmasi resmi.

Perundingan di Arab Saudi Tuntas, AS Lanjutkan Dukungan untuk Ukraina

Amerika Serikat (AS) akhirnya kembali mengaktifkan sepenuhnya kerja sama intelijen dengan Ukraina, setelah sebelumnya sempat ditangguhkan. Selain itu, Washington juga melanjutkan pengiriman bantuan militer kepada Kyiv, yang sebelumnya dihentikan sementara sebagai bagian dari upaya mendorong perundingan damai.

Keputusan ini diungkapkan oleh seorang pejabat senior Ukraina dalam wawancara dengan Reuters, serta dikonfirmasi oleh seorang pejabat kepresidenan Ukraina. Namun, keduanya enggan disebutkan namanya.

Zelensky Setuju dengan Usulan Gencatan Senjata 30 Hari

Langkah AS ini diambil setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyetujui proposal AS untuk gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina. Zelensky juga meminta Washington menekan Rusia agar menerima usulan tersebut demi membuka jalan bagi pembicaraan damai.

Perundingan membahas usulan ini dilakukan di Arab Saudi pada Selasa (11/3/2025) dan berlangsung selama delapan jam.

Menurut laporan Associated Press, pertemuan tersebut dihadiri oleh Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, yang menyatakan bahwa diskusi berjalan substantif. Para negosiator membahas langkah konkret untuk mengakhiri perang secara permanen, termasuk jaminan keamanan jangka panjang bagi Ukraina.

Trump Cabut Penangguhan Bantuan Militer

Dalam pertemuan itu, Presiden AS Donald Trump setuju untuk mencabut penangguhan miliaran dolar bantuan militer serta melanjutkan berbagi informasi intelijen dengan Ukraina.

“Delegasi Ukraina menyampaikan secara jelas bahwa mereka memiliki visi yang sama dengan Presiden Trump dalam mencapai perdamaian,” ujar Waltz.

Dalam pernyataan bersama yang dirilis setelah pertemuan, AS dan Ukraina sepakat bahwa sudah waktunya memulai proses menuju perdamaian yang berkelanjutan.

“Delegasi Ukraina kembali menyampaikan rasa terima kasih rakyatnya kepada Presiden Trump, Kongres AS, dan masyarakat Amerika atas dukungan mereka yang memungkinkan kemajuan nyata menuju perdamaian,” bunyi pernyataan itu.

Gencatan Senjata Bersyarat dan Peran Rusia

Sebagai bagian dari kesepakatan, Ukraina menyatakan kesediaannya menerima gencatan senjata sementara selama 30 hari, yang dapat diperpanjang jika kedua belah pihak menyetujuinya. Namun, perpanjangan ini bergantung pada komitmen Rusia untuk menerima dan menjalankan gencatan senjata secara bersamaan.

AS akan mengkomunikasikan hal ini kepada Rusia, menegaskan bahwa keterlibatan Moskow sangat penting dalam mencapai perdamaian yang nyata.

Selain itu, Washington berkomitmen untuk membahas perdamaian jangka panjang yang menjamin keamanan Ukraina, dengan melibatkan perwakilan dari Rusia serta mitra-mitra Eropa dalam prosesnya.

Kerja Sama Ekonomi Ukraina-AS

Di luar isu militer, AS dan Ukraina juga sepakat untuk mempercepat negosiasi mengenai pengembangan sumber daya mineral penting di Ukraina. Kesepakatan ini bertujuan untuk memperkuat ekonomi Ukraina, sekaligus menjamin keamanan dan stabilitas jangka panjang bagi negara tersebut.

Dengan langkah ini, perundingan di Arab Saudi menandai titik balik dalam hubungan AS-Ukraina. Kini, perhatian dunia tertuju pada respon Rusia terhadap usulan gencatan senjata serta bagaimana dinamika geopolitik di kawasan akan berkembang ke depannya.