Negara-negara Arab Kecam Negara Israel Soal Pencaplokan Zona Penyangga Dataran Tinggi Golan Di Suriah

Pada 25 Desember 2024, negara-negara Arab secara tegas mengutuk tindakan Israel yang kembali mencaplok zona penyangga Dataran Tinggi Golan yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Suriah. Tindakan ini mengundang kecaman internasional, terutama dari negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab. Mereka menilai bahwa langkah Israel tersebut bertentangan dengan hukum internasional dan berpotensi memperburuk ketegangan di kawasan Timur Tengah yang sudah sangat rawan konflik.

Isu Dataran Tinggi Golan telah menjadi pusat perhatian dunia sejak Israel merebutnya pada Perang Enam Hari tahun 1967. Wilayah ini, yang memiliki posisi strategis, telah menjadi salah satu zona sengketa terpanjang di dunia. Israel secara sepihak mengklaim wilayah tersebut sebagai bagian dari negaranya, meskipun mayoritas negara di dunia, termasuk negara-negara Arab, menganggapnya sebagai bagian dari Suriah yang terjajah. Tindakan terbaru Israel dalam mencaplok zona penyangga tersebut semakin menegaskan ketegangan yang ada, dan telah menimbulkan ketidakpuasan global.

Liga Arab, yang terdiri dari 22 negara Arab, mengeluarkan pernyataan resmi yang mengecam keras tindakan Israel. Mereka menegaskan bahwa langkah tersebut tidak hanya melanggar kedaulatan Suriah, tetapi juga merusak upaya perdamaian yang sudah berlangsung sekian lama. Liga Arab menuntut agar negara-negara internasional tidak mengakui pencaplokan wilayah tersebut dan mendesak agar Israel segera menghentikan segala bentuk tindakan yang dapat merusak stabilitas kawasan.

Pencaplokan oleh Israel ini juga memicu reaksi keras dari beberapa negara besar di dunia. Meski ada beberapa negara yang mendukung langkah Israel, banyak negara lain, termasuk negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, yang menegaskan kembali dukungannya terhadap hukum internasional yang mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Suriah. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyatakan keprihatinan mendalam terhadap langkah Israel dan menyerukan perlunya dialog lebih lanjut untuk menyelesaikan sengketa ini secara damai.

Pencaplokan zona penyangga Dataran Tinggi Golan oleh Israel memperburuk ketegangan yang sudah lama ada di Timur Tengah. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tetap bersikukuh pada posisi mereka bahwa wilayah tersebut adalah bagian dari Suriah, dan mengutuk keras langkah Israel. Dengan meningkatnya kecaman internasional, situasi ini semakin menunjukkan bahwa penyelesaian damai untuk konflik ini masih sangat jauh, dan kawasan Timur Tengah kembali menjadi pusat perhatian dunia.

Israel Rencanakan Ekspansi Pendudukan di Zona Penyangga Suriah

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan bahwa pasukan Israel akan segera menduduki zona penyangga di Suriah. Langkah ini memicu kecaman global, dengan banyak pihak menuduh Israel melanggar gencatan senjata yang ditetapkan pada 1974 dan memanfaatkan kekacauan yang sedang terjadi di Suriah untuk merebut wilayah tersebut.

Pada 17 Desember 2024, Netanyahu menjadi pemimpin Israel pertama yang menginjakkan kaki di zona penyangga Suriah. Pencapaian ini terjadi saat pasukan Israel masih terlibat dalam pertempuran di Gaza melawan kelompok militan Palestina. Seiring berjalannya waktu, negara-negara seperti Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat berusaha menjadi mediator dalam kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Palestina.

Selama 14 bulan terakhir, konflik di Gaza telah merenggut lebih dari 45.000 nyawa warga Palestina. Israel melancarkan serangan sebagai balasan atas serangan Hamas pada Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 250 lainnya. Sekitar 100 tawanan, sebagian besar diperkirakan telah meninggal.

Di sisi lain, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan pernyataan yang mendesak dilaksanakannya pemilihan umum di Suriah. PBB menyerukan agar semua pihak menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial Suriah. Mereka menekankan pentingnya bagi warga Suriah untuk dapat menentukan masa depan mereka secara damai dan demokratis.

Dewan Keamanan juga mendukung upaya yang dilakukan oleh utusan PBB Geir Pedersen untuk memfasilitasi proses politik di Suriah, meskipun pernyataan tersebut tidak menyinggung penggulingan Presiden Bashar al-Assad pada 8 Desember lalu. Assad kini berada di bawah perlindungan sekutunya, Rusia.

Selain itu, Dewan Keamanan PBB menegaskan kembali dukungannya terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB (UNDOF), yang telah memantau perbatasan Israel-Suriah sejak perang Timur Tengah 1973. Mereka menyoroti pentingnya mematuhi Perjanjian Pelepasan 1974 yang mengatur zona penyangga demiliterisasi, serta mengurangi ketegangan antara kedua negara.

Pernyataan PBB juga menegaskan komitmen untuk melawan terorisme di Suriah, terutama upaya untuk mencegah kebangkitan kembali kelompok ekstremis ISIS yang sempat menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah pada 2014. Meskipun kekhalifahan ISIS telah berakhir pada 2019, sisa-sisa kelompok ini masih bertahan di beberapa kantong di Suriah. Dewan Keamanan juga mengingatkan Suriah untuk menghormati hak asasi manusia dan hukum internasional, serta memfasilitasi akses kemanusiaan bagi jutaan warga yang membutuhkan.

Israel Akan Membuat Zona Keamanan ‘Sterilisasi’ Di Suriah Selatan

Jakarta – Israel mengumumkan rencananya untuk membentuk zona keamanan “sterilisasi” di wilayah selatan Suriah, sebagai bagian dari upayanya untuk mencegah pengaruh kelompok-kelompok militan yang didukung Iran di daerah tersebut. Langkah ini, yang diklaim untuk meningkatkan stabilitas di perbatasan Israel, diperkirakan akan memperburuk ketegangan di kawasan Timur Tengah, yang sudah rentan terhadap konflik.

Menurut pernyataan dari pejabat tinggi keamanan Israel, zona “sterilisasi” ini bertujuan untuk meminimalkan potensi ancaman dari kelompok-kelompok militan yang beroperasi di wilayah Suriah selatan, termasuk pasukan yang berafiliasi dengan Iran dan Hizbullah. Rencana ini mencakup penguatan patroli dan operasi militer di sepanjang perbatasan dengan Suriah, serta peningkatan pengawasan di daerah-daerah strategis yang bisa digunakan untuk serangan terhadap Israel.

Pihak berwenang Israel menyatakan bahwa langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap kegiatan militan yang semakin meningkat di Suriah selatan, yang dianggap dapat mengancam keamanan nasional Israel. “Kami tidak akan membiarkan Suriah selatan menjadi titik serangan yang mengancam keselamatan warga Israel,” ujar seorang juru bicara militer Israel.

Namun, rencana ini mendapat kritik tajam dari pihak pemerintah Suriah dan sekutunya. Pemerintah Damaskus menanggapi rencana tersebut dengan keras, menilai tindakan Israel sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah dan konvensi internasional. “Israel tidak memiliki hak untuk mengintervensi wilayah kami. Tindakan ini akan memicu ketegangan lebih lanjut di kawasan yang sudah rapuh,” kata seorang pejabat tinggi Suriah.

Konflik di Suriah telah berlangsung selama lebih dari satu dekade, dengan keterlibatan berbagai kekuatan regional dan internasional yang memperburuk situasi. Keputusan Israel untuk membentuk zona sterilisasi ini diperkirakan akan menambah ketegangan antara Israel, Suriah, serta kekuatan-kekuatan lain yang terlibat di Suriah, seperti Iran dan Rusia.

Banyak pihak internasional berharap bahwa solusi diplomatik dapat dicapai untuk mengurangi ketegangan, namun dengan dinamika yang terus berubah, situasi di Suriah selatan tetap menjadi salah satu titik paling sensitif di kawasan Timur Tengah.

Ruang Gerak Makin Sangat Sempit, Negara-Negara Ini Jadi Zona Merah Bagi Warga Israel, Ada Apa Sebenarnya!

Pada 28 November 2024, sejumlah negara mulai mengeluarkan peringatan atau bahkan larangan terhadap warga negara Israel untuk memasuki wilayah mereka. Hal ini berkaitan dengan peningkatan ketegangan politik dan sosial di kawasan Timur Tengah, yang semakin mempengaruhi hubungan Israel dengan berbagai negara. Beberapa negara kini menempatkan Israel dalam daftar zona merah, yang berarti bahwa warga Israel berisiko menghadapi masalah hukum atau bahkan ancaman keselamatan saat berada di negara-negara tersebut.

Peningkatan ketegangan ini berakar dari eskalasi konflik antara Israel dan kelompok-kelompok tertentu di wilayah Timur Tengah. Serangan-serangan dan protes besar-besaran yang terjadi baik di dalam maupun luar Israel semakin memperburuk situasi. Banyak negara, khususnya di kawasan Arab dan Afrika Utara, yang semakin kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah Israel, terutama dalam hal konflik dengan Palestina. Akibatnya, beberapa negara memutuskan untuk memperketat kebijakan terhadap warga Israel sebagai bentuk protes terhadap kebijakan luar negeri Israel.

Bagi warga Israel, hal ini mengakibatkan pembatasan yang cukup besar dalam mobilitas internasional mereka. Beberapa negara, seperti negara-negara di kawasan Timur Tengah, mengeluarkan larangan untuk warga Israel masuk atau bahkan menghadapi ancaman fisik dan hukum jika mereka melanggar aturan tersebut. Selain itu, beberapa negara Eropa juga mengeluarkan peringatan yang mengingatkan warga Israel untuk berhati-hati jika bepergian ke negara-negara tertentu. Hal ini tentu saja memperburuk situasi politik dan sosial bagi Israel di luar negeri.

Menanggapi situasi ini, pemerintah Israel berusaha untuk melakukan diplomasi guna meredakan ketegangan dan mencari solusi agar warga negara mereka tetap bisa melakukan perjalanan dengan aman. Beberapa langkah dilakukan, termasuk menjalin komunikasi intens dengan negara-negara yang memberlakukan pembatasan, serta mencoba untuk mengurangi eskalasi kekerasan di kawasan tersebut. Israel juga meningkatkan keamanan di luar negeri untuk melindungi warganya yang bepergian ke negara-negara yang telah memberlakukan larangan.

Ketegangan yang terus meningkat ini menjadi tantangan besar bagi warga Israel yang ingin melakukan perjalanan ke luar negeri. Negara-negara yang menjadi zona merah ini menandakan betapa pentingnya bagi Israel untuk mencari solusi damai yang dapat mengurangi ketegangan di wilayah tersebut. Sementara itu, bagi warga Israel, memperhatikan situasi internasional dan kebijakan luar negeri negara tujuan menjadi kunci penting dalam memastikan keselamatan mereka saat bepergian.